28.9 C
Semarang
Thursday, 9 October 2025

Guru adalah Montir untuk Siswa ‘Spesial’

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Sekolah bukan hanya sebagai tempat belajar pengetahuan. Tapi sekaligus jadi bengkel. Pekerjaan guru bukan hanya transfer ilmu, tapi harus bisa jadi montir. Sehingga bisa menerima murid dalam kondisi apapun.

Prinsip sekolah sebagai tempat belajar sekaligus bengkel dianut oleh Kepala SMAN 1 Kendal Yuniasih, SPd, MPd. Ia mengakui, tugas utama guru memang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada para siswanya. Tapi lebih dari itu, guru memiliki peran multitasking. Yakni sebagai seorang montir.

“Bagi saya tidak hanya mengajarkan ilmu saja, tapi termasuk membentuk karakter siswa. Mengajari kedisplinan, ketertiban, sopan santun dan rasa kasih sayang serta saling menghormati dan menghargai,” kata Yuniasih.

Prinsip itulah yang dilakoni selama mengajar sebagai guru dan yang ia tanamkan kepada guru-guru di sekolahnya saat ini. Yuniasih mengaku mengawali karir sebagai guru sejak 1987.

Yuniasih bersama keluarganya.

Ibu dua anak ini mengawali karir sebagai guru pada 1987. Saat itu, meski sudah PNS tapi ia ditugaskan di sekolah swasta sebagai guru yang diperbantukan (DPK). “Selama 15 tahun, jadi sampai 2002,” ujar perempuan kelahiran Kulon Progo pada 22 Juni 1962 itu.

Saat mengajar di sekolah swasta itulah ia menyadari tugas guru bukan hanya transfer pengetahuan. Tapi guru harus rela, bersusah payah menghadapi murid yang sikapnya masuk klasifikasi ‘spesial’.

“Tidak hanya sabar dan kuat menghadapi sering membolos, tidak mau mengerjakan tugas, tidak punya sopan santun. Tapi harus bisa memahami dan membimbing siswa. Mengajari sikap sopan santun, budi pekerti, memotivasi siswa belajar,” tuturnya.

Sehingga siswa tidak hanya cerdas akal saja, tapi juga cerdas hatinya. Artinya memiliki sikap jujur, tanggung jawab, budi pekerti yang baik dan sopan santun serta rasa kasih sayang terhadap sesama.

Makanya ia selalu berusaha mengembangkan diri. Yakni dengan banyak belajar dan membaca diluar buku pelajaran yang diampunya. Selain itu belajar menerapkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Istri dari Agus Basuki ini juga ia juga banyak mengikuti perlombaan. Baginya perlombaan tidak sekedar menang jadi juara atau kalah saja. Tapi baguan dari pengembangan diri. “Yakni untuk mengukur sejauh mana kemampuan dan kelayakan diri saya untuk dapat mengajar,” akunya.

Artinya, lanjut Yuni yang saat ini juga didapuk jadi Plt Kepala SMAN 2 Kendal, ketika ikut perlombaan seseorang akan tahu batas kemampuannya. “Kita tahu kemampuan saya dibanding guru-guru lain,” jelasnya. Ketelatenan dan kedisplinan yang dijalaninya akhirnya membuahkan hasil. Ia mendapatkan gelar juara sebagai guru berprestasi tingkat Jateng pada 2006.

Usai mengabdi 15 tahun sebagai guru DPK, akhirnya ia dimutasi sebagai guru di SMAN 2 Kendal. Yuni terus mengembangkan prestasi dan 2012 ia mendapatkan kepercayaan untuk menjadi Kepala di SMAN 1 Weleri. “Dua tahun di Weleri, setelah itu 2014 jadi kepala Sekolah di SMAN 2 Sukorejo setahun saja. Setelah 2015 dimutasi sebagai Kepala SMAN 2 Kendal,” paparnya.

Selama menjabat Kepala SMAN 2 Kendal, ia juga mendapatkan juara Kepala Sekolah Beprestasi tingkat Jateng 2017 dan 2019. “Bagi saya, prestasi dan karir itu berjalan seiring. Ketika punya prestasi bagus, maka karir juga akan meningkat,” tuturnya.

Meski selalu fokus akan pekerjaan. Yuni tak pernah melupakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri bagi suami dan ibu bagi dua putrinya.  Ia selalu menyempatkan waktu di sela belajar dan pekerjaan yang menumpuk untuk keluarga.

Yuni juga pernah mendapatkan penghargaan sebagai Kepala Sekolah Penggerak Adiwiyata dari RADARSEMARANG.COM. Penghargaan itu diperolehnya lantaran dimanapun tempat bertugas ia selalu ingin menghijaukan sekolah. (bud/ton)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya