RADARSEMARANG.COM, Kendal — Kasus stunting atau gizi buruk di Kendal masih tinggi. Bahkan cenderung meningkat. Pada 2019 tercatat ada 3.930 kasus stunting, dan pada 2020 meningkat menjadi 4.324 kasus. Kasus gizi kronis tertinggi terjadi di tiga kecamatan, yakni Sukorejo (488 kasus), Patean (399 kasus), dan Kecamatan Ngampel (336 kasus).
Anggota Komisi D DPRD Kendal Sulistyo Aribowo meminta Pemkab Kendal melakukan penanganan serius terhadap kasus stunting. Salah satunya dengan memberikan nutrisi anak selama 1.000 hari atau tiga tahun. Dimulai dari bayi dalam kandungan hingga pasca dilahirkan.
Dikatakan, pemerintah bersama PKK juga harus bersinergi memberikan pola asuh yang sesuai. Dengan kasih sayang dan menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih dan menyehatkan. “Pendidikan ini tidak hanya kepada orang tua, tapi juga lingkungan anak itu sendiri,” katanya saat rapat koordinasi penanganan stunting di Hotel Sae Inn Kendal, Rabu (10/3/2021).
Sulistio berharap, peran orang tua, dan pelayan kesehatan bisa menuntaskan permasalahan stunting di Kendal. Khususnya bagi petugas puskesmas, dan bidan agar bisa membagi waktu tugas penanganan stunting anak.
Asisten Pembangunan dan Kesra Setda Kendal Winarno meminta agar petugas kesehatan di semua wilayah serius memberikan pelayanan dasar kepada ibu hamil dan anak-anak. Perlu percepatan dalam pencegahan dan penanganannya. Semua komponen akan mengawal langsung dan menyeluruh. “Hal ini memang harus ditangani secara serius karena menyangkut masa depan generasi bangsa nantinya,” tegasnya.
Sekda Kendal Moh Toha menambahkan, pertumbuhan stunting di Kendal mencapai 2,7 persen per tahun. Hal ini harus ada pencegahan secara serius.
Menurutnya, semua fasilitas pelayanan kesehatan harus bekerja serentak dalam menangani stunting hingga ke lapisan terbawah. Data dari Dinas Kesehatan Kendal, ada 10 desa di beberapa kecamatan dengan angka stunting cukup tinggi. Karena itu, dalam penanganannya perlu melibatkan semua unsur dari Dinkes, OPD, camat, kepala desa, hingga keluarga yang bersangkutan. “Agar segera teratasi, masyarakat teredukasi baik itu dalam hal pemenuhan gizi maupun nutrisi makanannya,” katanya. (bud/zal/aro)