RADARSEMARANG.COM, Kendal – Calon Bupati Kendal terpilih, Dico Mahtado Ganinduto berencana melakukan penataan Pelabuhan Kendal. Terutama mengatasi masalah pendangkalan yang terjadi di area kolam dermaga tempat sandar kapal.
Kondisi kolam dermaga saat ini dangkal. Kedalamannya, hanya 1,5-2 meter saja. Padahal normalnya, kedalaman kolam dermaga sedianya minimal lima meter. Akibat pendangkalan, kapal kesulitan untuk berlabuh maupun saat akan bertolak. Yakni harus menunggu air laut pasang.
Dico mengatakan ada dua opsi solusi untuk mengatasi kolam dermaga dangkal tersebut. Dua opsi solusi tersebut diakuinya sudah melalui studi dan kajian ahli. Pertama, dengan pengerukan dan pembangunan kembali breakwater atau pemecah ombak.
Sebab diakuinya, percepatan pendangkalan kolam dermaga lantaran kondisi breakwater yang sudah rusak dan bocor. Selain itu, breakwater juga ambles. Sehingga pasir laut mudah masuk ke dalam kolam dermaga.
Kedua, dengan pemindahan kolam dermaga. Alias membangun dermaga baru. Letaknya, empat mil atau sekitar 6 kilometer dari bibir pantai. “Nantinya akan dibangun jalan khusus di atas pantai. Yakni yang menghubungkan darat dengan dermaga pelabuhan,” katanya, Senin (18/1/2021).
Jalan khusus ini nantinya untuk memudahkan pengangkutan barang. Terutama barang-barang dari kontainer maupun peti kemas. “Solusi ini memang lebih efisien untuk setingkat pelabuhan, sehingga tidak ada pendangkalan lagi,” tuturnya.
Menurutnya, keberadaan Pelabuhan Kendal ini penting. Selain untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD), juga untuk mendukung pengangkutan kawasan industri. Sebab Pelabuhan Kendal nantinya akan menjadi penopang utama keluar masuk barang ke kawasan industri.
Kepala UPTD Pelabuhan Kendal Andi Rahmat mengatakan, kondisi kolam dermaga Pelabuhan Kendal memang sudah dangkal. Kerusakan breakwater menurutnya karena usia. Sebab sudah sejak 2002 silam dibangun. “Breakwater hanya berupa tumpukan batu yang selalu diterjang ombak. Jadi lama-lama tergerus dan amblas,” tuturnya.
Pihak Dinas Perhubungan (Dishub) Kendal, telah mengusulkan ke Kementerian Perhubungan. Bahkan tahun ini sudah dilakukan Studi Revitalisasi Arus Pelayaran (SRAP). Yakni untuk mengetahui kondisi arus air laut, volume ketinggian air, teknis pengerukan sampai pada material pengerukan harus dibuang ke mana.
“SRAP sudah dilakukan, tinggal pelaksanaannya saja. Harapan kami tahun ini bisa dimulai dilakukan pengerukan sekaligus pembangunan break water,” tambahnya. (bud/ida)