RADARSEMARANG.COM, KENDAL – Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) menemukan dua situs candi berupa susunan bata merah. Yakni Dusun Bototumpang, Desa Karangsari dan Desa Tegalsari Kecamatan Rowosari.
Kedua candi tersebut kondisinya terpendam sedalam tiga meter lebih akibat sedimentasi air laut. Saat ini sedang diteliti dan sedang dalam Puslit Arkenas. Dari sisi bentuk dan ukuran candi, diduga merupakan peninggalan abad ke-6 atau 7 masehi, yakni pada masa peradaban Hindu-Budha.
Pihak Puslit Arkenas belum berani menggali terlalu dalam dan lebar. Hal itu lantaran di sekitar tempat ditemukan situs candi sudah berupa pemukiman warga. “Karena bisa jadi, candi tersebut lebarnya satu kampung dan masih tersusun rapi,” kata Ketua Tim Peneliti dari Arkeolog Puslit Arkenas, Agustijanto Indradjaja, kemarin (5/10).
Dikatakannya, disela Sosialisasi Situs Cagar Budaya yang di Aula Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah, jika Candi di Bototumpang itu awal dari proyek penelitian lebih mendalam nantinya. “Kami baru menggali sedalam 2,2 meter. Itu belum mencapai dasar dari candi tersebut,” ujar Agustianto.
Dilihat dari teknik bangunan, terutama struktur penyusunan bata merah, tidak ada keraguan lagi bangunan di Kendal ini mirip dengan Candi Batujaya di Karawang, Jawa Barat. Situs di pesisir utara Jawa bagian barat ini ada jauh sebelum masa keemasan Mataram Kuno.
Namun, Agustianto belum bersedia menyimpulkan corak kebudayaan dari jejak-jejak yang ditemukan di Bototumpang ini. Apakah bangunan candi itu berciri Siwais (Hindu) atau Budhis (Budha). Jika melihat profilnya mirip Candi Batujaya, yang dibangun abad 7 Masehi,” lanjutnya.
Menariknya, menurut Agustianto, kompleks bangunan di lokasi ini diperkirakan cukup luas dan kompleks. Letaknya sebagian di permukiman, sebagian masih di persawahan. Kami lakukan penggalian di 100 meter arah tenggara dari lokasi bangunan candi utama, juga ditemukan dinding yang mengelilingi candi tersebut,” jelas arkeolog Puslit Arkenas spesialis masa klasik ini.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal Wahyu Yusuf Ahmadi akan berupaya mendalami adanya penemuan situs tersebut dan akan dibesarkan menjadi obyek wisata jika penelitian sudah dilakukan. “Kami menunggu hasil penelitian dari ahli sejarah dan arkeolog dan jika sudah selesai dan memang berupa candi maka akan dijadikan obyek wisata, namun untuk menuju kesana masih cukup jauh,” ujar Wahyu. (bud/bas)