RADARSEMARANG.COM, Kajen – Tanggul sisi timur Sungai Meduri, Kabupaten Pekalongan, jebol. Imbasnya, sebagian Desa Tegaldowo, Mulyorejo, dan Karangjompo tergenang air. Warga kesulitan beraktivitas dan butuh bantuan logistik.
Pantauan RADARSEMARANG.COM Jumat (24/6) siang, puluhan warga tengah bergotong-royong membenahi tanggul. Mereka melangsir karung berisi pasir ke titik jebol. Dari pengambilan pasir, jaraknya kurang lebih 100 meter ke lokasi. Karung-karung pasir itu pun mesti diangkut dengan perahu ke titik jebolan tanggul.
“Kami tak mungkin melakukan pengiriman material ini dari timur tanggul karena di sana banjir. Harus dari sini (barat tanggul),” kata Kepala Desa Tegaldowo Budi Junaidi yang ikut kerja bakti.
Sebenarnya, kata dia, tanggul jebol sudah sejak Selasa (21/6) lalu. Panjang jebolan sekitar 25 meter. Penyebabnya, menurut Budi, karena tanggul tak mampu menahan debit air Sungai Meduri yang beberapa hari terakhir tinggi.”Wilayah atas beberapa hari terakhir ini kan hujan terus. Air sungai ini jadi tinggi,” ucapnya.
Sejak Selasa itu warga terus melakukan penambalan tanggul sebisa-bisanya. Bahkan harus lembur sampai malam. Namun upaya mereka selama tiga hari sia-sia karena tambalan kembali jebol. “Iya, karena kami pakai alat manual. Penancapan bambu cuma dengan dipalu pakai bambu juga,” jelasnya.
Hari ini, Jumat (24/6), warga akhirnya sepakat mendatangkan ekskavator untuk penancapan bambu. Warga tinggal menyusun pasir karung sebagai tanggul darurat.
“Mudah-mudahan ini upaya yang terakhir. Tidak jebol lagi,” ucap Budi.
Budi berharap pemerintah memberi perhatian khusus terhadap tanggul yang kondisinya memang perlu diperbaiki. Menurut Budi, tanggul sepanjang sekitar 500 meter itu terakhir diperbaiki delapan tahun lalu.
“Sudah waktunya diperbarui lagi, wong sudah banyak yang retak,” katanya.
Tak hanya menggenang tiga desa di Kecamatan Tirto, jebolnya tanggul Sungai Meduri ini juga berimbas ke Keluarahan Pasir Sari, Kota Pekalongan. Tinggi genangan berkisar antara 30-60 sentimeter.
Nuryadi, 63, warga Tegaldowo RT 7 RW 3 mengatakan, di dalam rumahnya ketinggian air 20 sentimeter. Sementara di jalan-jalan mencapai 50 sentimeter. Sebagian warga mengungsi ke tempat-tempat kerabat dekat.
“Kami kesulitan memasak dan aktivitas lain. Mungkin yang paling mendesak, kami butuh bantuan makanan dan minuman,” ucapnya. (nra/bas)