RADARSEMARANG.COM, KAJEN – Setelah Sragi, giliran Kecamatan Siwalan kebanjiran. Hampir seluruh desa tergenang. Hingga kemarin (7/2), tercatat 1.500-an rumah terendam.
Letak Siwalan berbatasan dengan Kecamatan Sragi. Persis berada di utaranya. Warga menyebut, banjir di Siwalan selalu terjadi setelah Sragi. “Tapi kali ini lebih besar dibanding tahun lalu,” kata Eni, 31, warga Desa Sipait, Kecamatan Siwalan, kemarin.
Pernyataan ini tak beda dengan yang diungkapkan warga Sragi. Eni dan keluarganya mengungsi di posko pengungsian. Tepatnya di Mes PT Lokatex. Ketinggian air yang masuk rumah Eni kira-kira sampai pinggangnya. “Minggu (6/2), air hanya di pekarangan rumah. Lalu pagi ini (kemarin) masuk. Cepat sekali,” ungkapnya.
Wartawan RADARSEMARANG.COM mengecek ke lokasi banjir Desa Pait, kemarin. Saat itu bebarengan dengan personel Polres Pekalongan yang akan mengevakuasi lansia yang terjebak di dalam rumah.
Desa Pait terletak di pinggir jalan Pantura. Jika dari jalan nasional itu, genangan air di gang-gang sudah bisa terlihat. Tapi genangannya tidak dalam. Hanya di atas mata kaki sedikit.
Dari jalan Pantura menuju permukiman Dusun Tugurejo cukup jauh. Wartawan koran ini jalan kaki menembus banjir. Aspal jalan yang mengelupas cukup merepotkan. Tak jarang kaki mengenai kerikil dan batu.
Jika dilihat dari jalan Pantura, orang akan mengira banjir di Dusun Tugurejo, Desa Pait, itu tidak besar. Tapi begitu mulai masuk ke permukiman, ternyata genangan ada yang sedalam satu meter.
Air tentu masuk ke rumah-rumah warga. Kedalaman genangan tidak sama. Bergantung ketinggian lantai rumah. Tak heran jika lansia perlu dijemput untuk evakuasi. Apalagi jarak dari permukiman ke posko pengungsian cukup jauh.
Polres Pekalongan menurunkan satu perahu karet. Sekaligus untuk mengangkut paket bantuan sembako bagi warga yang masih bisa bertahan di rumah.
Camat Siwalan Siswanto mengatakan, hampir seluruh desa terendam. Tapi paling parah memang Dusun Tugurejo, Desa Pait. “Minggu belum ada yang mengungsi. Hari ini (kemarin), sampai pukul 11.00, sudah ada 75 orang mengungsi karena genangan makin dalam,” ucapnya.
Ia menyebut, sementara ini terdata 4.000-an jiwa terdampak dan sekitar 1.500 rumah terendam. Pihaknya menyiapkan tiga posko pengungsian. Di PT Lokatex, di Desa Yosorejo, dan kantor kecamatan. “Akan kami buat juga dua dapur umum nanti,” katanya.
Ia menyebut, banjir di Siwalan akibat sistem drainase tak mampu menampung debit air, sehingga meluap ke permukiman. Selain di Desa Pait, genangan hampir merata juga terjadi di Desa Tengeng Wetan. “Yang tidak tergenang hanya Desa Blimbingwuluh. Tapi itu pun di sana ada jembatan yang roboh,” ungkapnya.
Sementara itu Kapolres Pekalongan AKBP Arief Fajar Satria mengatakan, banjir di Desa Gebangkerep dan Purwodadi, Kecamatan Sragi, sudah berangsur surut. Pengungsi juga sudah berangsur pulang ke rumah masing-masing.
“Hanya lansia dan yang sedang sakit masih bertahan di posko pengungsian. Banjir juga di beberapa desa di Kecamatan Tirto, tapi belum ada yang mau dievakuasi karena masih dangkal,” tandasnya. (nra/zal)