RADARSEMARANG.COM – Warga Kabupaten Pekalongan dan sekitarnya sudah tak asing dengan Lia Afidah, 30. Gara-gara aksinya berjualan jajanan papeda dengan berkostum kuntilanak, ia viral di mana-mana. Tapi belum banyak yang mengulik sisi lain perempuan yang kini akrab disapa Mbak Kunti ini. Ternyata dulu ia super penakut (paranoid).
Rumah Lia Afidah di Desa Jrebengkembang, Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan, ternyata cukup tersembunyi. Koran ini yang hendak menuju ke sana, Rabu (29/12) lalu, sempat nyasar. Padahal sudah mendapat petunjuk dari warga sekitar. Namun tetap saja tak ketemu.
Beruntung wartawan koran ini bertemu segerombolan bocah yang tengah bermain di pekarangan sebuah rumah. “Oh, Mbak Kunti? Di sana rumahnya. Ayo aku antar,” seru salah seorang dari mereka.
Itu membuktikan bahwa Lia Afidah alias Mbak Kunti begitu dikenal. Bocah itu mengantar wartawan koran ini sampai depan rumah Mbak Kunti. Padahal rumah bocah itu cukup jauh.
Tak banyak yang tahu bagaimana wajah asli kuntilanak penjaja papeda itu. Jika bukan benar-benar kerabat atau tetangga, orang hanya akan tahu wajahnya ketika berdandan ala kuntilanak. Begitu pun wartawan koran ini. Ternyata orang yang menyambut di teras rumah itu adalah Lia Afidah alias Mbak Kunti.
“Iya, ini saya. Kaget?” tanyanya menyambut.
Wartawan koran ini disambut hangat oleh Mbak Kunti. Sikap dan caranya menyambut saat itu sangat keibuan. Beda dengan di video-video yang beredar saat ia berkostum kuntilanak. Saat menyambut koran ini, ia berpakaian kaos warna pink dengan rok sebetis. Rambutnya disanggul rapi.
“Belum banyak yang tahu, dulu saya penakut. Ke toilet rumah malam-malam saja minta diantar suami. Takut gelap. Sekarang malah jadi Mbak Kunti, kadang jadi pocong, nenek sihir, sampai suster ngesot,” ungkapnya sambil mulai memoleskan krim putih ke pipinya.
Iya, belakangan Lia bergonta-ganti kostum saat berkeliling menjajakan papeda. Katanya, agar pembeli tidak bosan. Tapi ternyata tak sepenuhnya berhasil. Pembeli kadung mengidentikkan Lia dengan kuntilanak.
“Pembeli lebih suka kunti. Kalau pocong terlalu menyeramkan kata mereka. Anak-anak takut beli,” ucap ibu dua anak ini.
Sebelum mengambil konsep kostum hantu, Lia menjajakan papeda dengan berpakaian anak SD. Ia mangkal di sekolah-sekolah. Sejak pandemi, sekolah tidak buka, Lia memutar otak. Ternyata berkostum kuntilanak menarik perhatian pembeli. Jualannya lebih laku. Ia tak hanya mangkal, kini juga berkeliling.
“Saya yang tadinya penakut, sejak dandan begini jadi gak takut sama sekali. Suami saya sekarang tidak perlu antar ke toilet malam-malam,” katanya sambil tertawa.
Lia selesai berdandan. Wajahnya yang semula ramah kini terkesan seram. Kedua anaknya yang masih kanak-kanak tampak biasa saja. “Dulu mereka takut, sekarang tidak. Salutnya, mereka tidak malu ibunya begini. Malah nyuruh-nyuruh sekarang,” cerita Lia sambil mengeluarkan sepeda motor tunggangannya yang sudah menyatu dengan gerobak papeda.
Saat itu, suami Lia juga sedang berkeliling. Bukan menjajakan papeda, melainkan bakso mini. Kata Lia, dulu suami sempat melarangnya berdandan ala kuntilanak. Bukan apa-apa, kata Lia, suaminya hanya takut aksi Lia memakan korban.
“Takut ada orang tua punya penyakit jantung kaget dan jadi korban. Tapi sekarang dia memahami. Malah seneng, saya tidak penakut lagi,” terangnya.
Lia berangkat. Wartawan koran ini mengikuti dari belakang. Laju Lia di jalanan mengundang perhatian orang-orang. Ada yang tertawa. Ada yang menyapa. Tiap ada yang menyapa, Lia tertawa ala kuntilanak.
“Saya tidak mau sering tertawa begini. Bagi saya ini mahal. Kadang orang-orang hanya meminta saya tertawa, tapi tidak mau beli. Jadi, saya batasi,” katanya sambil tersenyum.
Lia berhenti di dekat sebuah musala. Tak jauh dari rumahnya. Ia memarkir gerobaknya. Lalu tertawa ala kuntilanak. Tak lama, bocah-bocah berduyun mendatanginya. Mengantre membeli jajanan olahan tepung dan telur puyuh yang disebut papeda itu.
“Di antara mereka ini dulu ada yang benar-benar takut dan nangis kalau lihat saya begini. Sekarang mereka terbiasa. Ada yang orang tuanya malah mengucapkan terima kasih karena anaknya sekarang jadi tidak penakut,” ungkap Lia. (nra/aro)