RADARSEMARANG.COM, Kajen – Sekitar 280 hektare (ha) tambak di Kabupaten Pekalongan terendam banjir pada Februari – awal Maret lalu. Ditaksir, kerugian di sektor ini mencapai Rp 1,895 miliar. Hingga kini, petambak tengah terpuruk.
Tambak tersebut tersebar di Kecamatan Wonokerto, Tirto, dan Siwalan. Di Kecamatan Wonokerto, yakni Desa Tratebang 31 ha, Semut 2 ha, Wonokerto Kulon 63 ha, Api-api 23 ha, dan Pecakaran 47 ha. “Kecamatan Wonokerto total 166 ha dengan kerugian Rp 1,037 miliar,” sebut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pekalongan Sirhan.
Di Kecamatan Tirto, lanjut Sirhan, total 15 ha tambak bernasib sama. Yakni 13 ha di Desa Jatisari, dan 2 ha di Desa Mulyorejo. “Kerugian Rp 300 juta,” sambungnya. Sementara di Kecamatan Siwalan, tambah dia, total 99 ha. Itu hanya di Desa Depok. “Dalam data kami kerugian itu mencapai Rp 558 juta,” ucapnya.
Di Kecamatan Wonokerto dan Tirto, mayoritas petambak membudidayakan bandeng, udang vaname, dan nila. Sementara di Kecamatan Siwalan mayoritas budidaya bandeng. Sirhan mengatakan, mengatasi itu pihaknya akan mengupayakan usulan kegiatan bantuan bagi petambak. Baik dari APBD Kabupaten Pekalongan, APBD Provinsi, maupun pusat. “Kami imbau ke depan petambak lebih memerhatikan kondisi cuaca saat memulai budidaya,” pesannya.
Tak hanya sekadar rugi, sejak banjir dan rob sering melanda Kabupaten Pekalongan banyak tambak hilang. Seperti yang diungkapkan Suroso, warga Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto. Ia mengaku, kini tambaknya hilang dikikis rob dan abrasi. “Dahulu saya punya tambak 1 hektare. Karena hilang, sekarang saya kerja serabutan,” ungkapnya. (nra/ton)