30 C
Semarang
Tuesday, 15 April 2025

Desa Karangjompo Banjir, Ratusan Warga Diungsikan ke Pabrik

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Kajen – Desa Karangjompo banjir. Paling dalam setinggi pinggang orang dewasa. Ratusan jiwa diungsikan ke pabrik PT Dupantex.

“Sejak Sabtu (6/2/2021) saya mengungsi di sini,” kata Harwanto, 48, warga RT 04 RW 02, Desa Karangjompo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan Minggu (7/2/2021).

Harwanto merupakan salah satu buruh di PT Dupantex. Tempatnya bekerja meliburkan karyawan karena mengikuti “Gerakan Jateng di Rumah Saja”. Tapi akhirnya, ia dan keluarganya gagal di rumah saja karena harus mengungsi. “Bagaimana bisa diam di rumah, wong rumah terendam air setinggi paha,” ujarnya.

Ia mengajak wartawan koran ini ke rumahnya. Harwanto mengajak ke sana dengan sepeda motor. “Nanti sepeda motor dititipkan di Masjid Jami’ An-Nur. Kalau sampai sana, banjir masih mungkin diterjang dengan motor,” terangnya.

Desa Karangjompo berbatasan langsung dengan Jalan Pantura Kabupaten Pekalongan. Gang untuk menuju permukiman, ada di pinggir Jalan Pantura persis. Masuk ke arah utara.

Begitu masuk gang, genangan sudah dapat dilihat. Dalamnya hanya di bawah mata kaki. Makin ke utara, genangan makin dalam. Air menggenangi seluruh titik desa ini. Merata. Hanya kedalamannya yang berbeda.

Jarak dari mulut gang hingga Masjid Jami’ An-Nur kurang lebih 700 meter. Di halaman masjid ini sudah berdiri dapur umum. Namun sudah ditinggalkan warga karena sudah tergenang air. “Sabtu (6/2) siang itu belum tergenang. Malamnya air sudah masuk halaman masjid,” jelas Harwanto.

Harwanto menceritakan, rata-rata rumah di Karangjompo permukaan lantainya sudah ditinggikan. Kisaran 40-80 sentimeter. Karena tiap tahun desa ini kebanjiran. Lantai rumah Harwanto juga demikian. Sudah ia tinggikan dua kali. “Berarti sudah 80 sentimeter saya tinggikan. Tetap saja sekarang kemasukan air. Tapi kali ini paling dalam,” jelasnya.

Sampai di masjid An-Nur Harwanto mengajak jalan kaki. Karena ketinggian air sudah tidak mungkin diterjang dengan sepeda motor. Di masjid itulah warga menitipkan sepeda motor mereka. Dilangsir dari rumah-rumah mereka menggunakan gethek atau rakit dari batang pohon pisang.

Wartawan koran ini ditemani Harwanto berjalan ke arah timur. Harwanto menunjukkan satu rumah yang belum pernah sama sekali ditinggikan. Kurang dari 1,5 meter air menyentuh atap rumah itu. “Kalau belum ditinggikan begini. Separo tinggi bangunan pasti tenggelam,” jelas sambil menunjuk rumah itu.

Jalan desa ini juga sudah ditinggikan. Karena itu, ketinggian air di dalam rumah dengan di jalan berbeda. Di jalan, ketinggian air di sekitar rumah Harwanto hanya sepaha. “Kalau ke permukiman yang sebelah utara lebih dalam. Bisa sampai sepinggang. Itu paling dalam sejauh ini. Kalau hujan lagi, bisa lebih dalam,” tuturnya. (nra/ton)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya