RADARSEMARANG.COM, Kajen – Surat Izin Mengemudi (SIM) C Kapten Didik Gunardi ditemukan. Keluarga di Kabupaten Pekalongan dan Bekasi masih terus menggelar doa bersama. Istri dan anak sudah mulai bisa ikhlas dan menerima apa yang terjadi.
Kabar tersebut dikonfirmasi keluarga di kampung halaman Kapten Didik, Desa Srinahan, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan. Sehari pasca-jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182, keluarga dari Pekalongan bertolak ke tempat tinggal Kapten Didik di Bekasi. Kapten Didik adalah pilot NAM Air yang menjadi salah satu penumpang SJ-182.
Riyani, 55, kakak ipar Kapten Didik mengatakan, keluarga di Pekalongan telah menerima kabar terkait ditemukannya SIM C Kapten Didik. Kabar itu ia dapat dari pemberitaan di televisi. Kemudian ia sampaikan kepada Ari Kartini, istri Kapten Didik di Bekasi. “Saya sampaikan ke istrinya karena dia sampai saat ini belum sanggup menonton televisi (TV) dan membaca berita,” kata Riyani kepada RADARSEMARANG.COM, Kamis (14/1/2021) kemarin.
Selama dua hari di Bekasi, Riyani dan suaminnya Inda Gunawan (kakak kandung Kapten Didik) terus menguatkan istri dan anak-anak Kapten Didik. Menurut Riyani, Senin (11/1/2021), istri Kapten Didik masih sangat shock. “Itu pas hari pertama kami tiba di Bekasi. Istrinya masih shock. Masih optimistis dan berharap suaminya bisa selamat,” ungkapnya.
Di rumah Kapten Didik di Bekasi, para tetangga terus menggelar doa bersama. Menurut penuturan Riyani, doa bersama digelar setiap hari. “Sehari bisa 3-4 kali. Pagi, siang, sore, dan malam. Karena pandemi Covid-19, jadi sistemnya pakai kloter. Tetangga juga bergantian memberikan makanan untuk acara. Seperti Jogo Tonggo itu,” jelasnya.
Selama Riyani di Bekasi, atas saran banyak orang, semua televisi di rumah dimatikan. Hal itu, kata Riyani, karena istri Kapten Didik masih sangat shock dan tidak mau mendengar kabar apapun soal kabar perkembangan jatuhnya SJ-182. “Ya, mungkin karena dia masih berharap ada keajaiban suaminya masih bisa selamat,” ujarnya.
Selasa (12/1/2021), istri Kapten Didik diundang pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk diberi semacam konseling. Setelah pulang, dia mulai bisa diajak bicara. “Kami terus menguatkan. Usai pulang dari undangan KNKT itu, dia bilang ke saya ‘Iya, Mbak, saya ikhlas apapun nanti kabarnya’,” cerita Riyani.
Sorenya, kolega Kapten Didik menyambangi rumah Bekasi. Mereka turut menguatkan istri Kapten Didik. “Sekarang dia sudah ikhlas. Sudah kuat. Maka dari itu saya dan suami sudah berani pulang ke Pekalongan,” kata Riyani.
Anak-anaknya, lanjut Riyani, juga sudah mulai bisa menerima. “Ketika kami di sana, Saka, anaknya yang paling kecil terus menempel suami saya. Mungkin karena rindu ayahnya,” imbuhnya.
Saat ini keluarga Kapten Didik masih terus menunggu perkembangan kabar. Doa bersama juga terus digelar di kampung halaman Kapten Didik. “Malam ini di rumah kami menggelar tahlilan bersama para tetangga,” tutup Riyani kemarin. (nra/ida)