RADARSEMARANG.COM, Kajen – Resolusi momentum Hari Jadi ke-398 Kabupaten Pekalongan direspons cepat oleh kaum agamawan. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Pekalongan menyambut baik konsep dan spirit momen hari jadi itu. Mereka sepakat bahwa antara wabah dan pilkada mesti dipisahkan. Persatuan masyarakat atau umat harus dikedepankan.
Ketua FKUB Kabupaten Pekalongan Muhammad Dhukron menyampaikan, dalam konteks Kabupaten Pekalongan, dibanding Pilkada 2020 pandemi Covid-19 lebih dahulu datang. “Maka euforia hari jadi dan pesta demokrasi jangan sampai membuat lupa bahwa kita masih punya tugas besar melawan pandemi Covid-19. Untuk melawan itu, salah satu kuncinya dengan kerukunan, guyub, kebersamaan, dan persatuan. Jadi jangan sampai umat atau masyarakat terpecah-belah,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang, Jumat(21/8).
Pendeta Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Kecamatan Karanganyar sekaligus anggota FKUB Kabupaten Pekalongan Yusuf Sarjono juga menanggapi hal itu. Menurutnya, kerukunan di Kabupaten Pekalongan telah terbentuk dan terjaga dengan baik. Pihaknya belum pernah mendapati kasus intoleransi dan konflik agama di masyarakat.
“Secara intern kami sampaikan kepada umat bahwa pandemi ini menyerang semua kalangan. Pandemi tidak memandang agama dan status sosial. Maka selalu kami tekankan bahwa persatuan dan kebersamaanlah yang dapat kita gunakan untuk melawan Covid-19,” ujarnya.
Yusuf menambahkan, karena semua orang merasakan pandemi, maka penanganannya juga harus dilakukan secara bersama-sama berlandaskan kasih. Perbedaan pilihan saat pilkada nanti bukan menjadi alasan untuk melupakan perlawanan terhadap Covid-19.
“Di agama kami, ada firman yang mengatakan bahwa kehidupan yang rukun indahnya bagaikan embun yang menyejukkan. Itu ada dalam Kitab Mazmur. Maka pesan saya, jagalah kerukunan agar terwujud embun yang menyejukan itu. Doa saya embun itu bisa membasuh pandemi dari bumi ini umumnya, dan Kabupaten Pekalongan khususnya,” katanya.
Anggota FKUB Kabupaten Pekalongan dari agama Katholik FX Dicky Ariyanto tak ketinggalan menanggapi. Ia mengapresiasi tema dan semangat yang diusung Pemkab Pekalongan pada hari jadi ke-398 itu. Menurutnya, persatuan memang dibutuhkan untuk memperkuat masyarakat dalam menghadapi pandemi dan menyikapi pilkada.
“Masing-masing punya porsi. Dokter bertugas merawat dan menyembuhkan. Pengusaha memutar ekonomi. Petani menghasilkan beras. Bayangkan jika mereka tidak bersatu, maka mustahil kita bisa melawan pandemi,” katanya.
Wasiyo, sesepuh agama Hindu di Pura Linggo Asri, Kabupaten Pekalongan, juga memberi wejangan. Ia mengajak masyarakat dan Pemkab Pekalongan intropeksi. “Barangkali pandemi ini adalah ulah kesalahan kita kepada Tuhan. Intropeksi ini bisa membuat kita untuk menahan nafsu amarah yang berpotensi memecah-belah kerukunan,”ujarnya.
Dalam Hindu, lanjut Wasiyo, ada ajaran kerukunan yakni takwan asih. Ajaran tersebut mengajak umat untuk mengingat bahwa ‘kau adalah aku’. Dalam menghadapi pandemi dan menyikapi pilkada nanti, pihaknya selalu mengingatkan itu kepada seluruh umat Hindu Kabupaten Pekalongan.
“Maknanya, kalau kamu tidak suka dijiwit (dicubit) maka jangan menjiwit (mencubit). Maka saat pilkada jangan saling menyakiti. Pandemi menghantam semua tanpa kecuali. Maka kita perlu bersatu. Sebab dalam ajaran kami, jika orang lain sakit, maka kita juga harus merasakan sakit,” katanya.
FKUB Kabupaten Pekalongan berharap, Kabupaten Pekalongan di usianya yang ke-398 bisa lebih maju. Namun kemajuan itu harus dirasakan juga oleh masyarakat pinggiran. Kemajuan merata akan membuat semua masyarakat merasa memiliki Kabupaten Pekalongan.
Pendeta Gereja Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Wahidi bersyukur karena kini Petungkriyono sudah bukan wilayah terisolasi. Pembangunan infrastruktur jalan telah masif di sana. “Kiranya prestasi ini bisa lebih ditingkatkan. Bukan hanya di wilayah Petungkriyono. Tetapi juga mungkin di wilayah-wilayah lain yang masif jauh dari hingar-bingar Kabupaten Pekalongan,” harapnya. (nra/lis/bas)