28 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Krisis Air Bersih Meluas,  Gelontor Anggaran Rp 2 M

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, KAJEN – Krisis air yang terjadi di Kabupaten Pekalongan pada bulan September 2019 sudah meluas di 13 desa dari 10 kecamatan. Hal tersebut sudah dirasakan warga desa sejak empat bulan lalu pada musim kemarau ini.  Pihak BPBD pun saat ini sudah mendistribusikan air bersih sebanyak 123 tangki atau 592 ribu liter air.

Kepala BPBD Kabupaten Pekalongan  Budi Raharjo telah menyediakan empat armada untuk pendistribusian air bersih ke beberapa daerah sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

“Dua armada dari BPBD, dua lainnya dari PMI dan PDAM,  mereka berkeliling setiap hari ke daerah yang mengalami krisis air bersih. Kemarau ini sudah dirasakan oleh warga sejak bulan Agustus lalu,  dan terus meningkat hingga September ini.  Dampaknya selain krisis air bersih,  sumber air untuk pengairan pun mengalami kekeringan,” ujar Budi.

Bupati Pekalongan  Asip Kholbihi  saat meninjau pendistribusian air bersih mengatakan bahwa pihaknya telah mengupayakan penanganan kekeringan dengan anggaran Rp 2 miliar dan pemetaan sumber air baku sebagai langkah jangka panjang.

“Pemkab Pekalongan bersama seluruh elemen masyarakat juga menggelar salat istisqa, berdoa kepada Allah agar diberikan hujan.  Beberapa daerah pun sudah turun hujan,  semoga barokah.  Karena air bersih sangat diperlukan sekali,” ujarnya.

Lebih lanjut dengan adanya pemetaan sebagai langkah jangka panjang,  diharapkan upaya tersebut dapat mengatisipasi musim kemarau di tahun-tahun mendatang.  “Tapi bisa dilihat, meskipun kekeringan, lokasinya tidak kering kerontang, melainkan subur. Ini karena kemarau saja,” tandas Asip.

Khusnul Khotimah, warga Dukuh Siberuk, Desa Lambanggelun, Kecamatan Paninggaran, mengatakan bahwa kekeringan sudah terjadi sejak dua bulan. Menurutnya Kemarau tahun ini yang terparah karena beberapa sumber air kering. Sehingga warga harus naik bukit hutan karet dengan jarak 2 kilo meter.

“Kalau untuk mandi ya dibatasi, kadang tidak mandi. Karena memang sumurnya kering, tidak ada air sama sekali. Ketika dapat suplai air juga harus dihemat dimanfaatkan seperlunya saja,” ujarnya.

Dengan adanya bantuan tersebut,  Khotimah merasa terbantu karena tak perlu berjalan jauh.  Hampir setiap ada droping air bersih,  dirinya selalu menyediakan 5 dirigen air berukuran besar untuk kebutuhan sehari hari. “Karena bantuan air bersih ini tidak setiap hari, sehingga butuh banyak dirigen sampai ada bantuan air bersih lagi. Jadi kami sekeluarga juga manfaatkan sehemat mungkin,” imbuhnya.  (alf/zal)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya