RADARSEMARANG.COM, Demak – Potensi unggulan di wilayah Kabupaten Demak kini tidak hanya berupa jambu merah delima dan citra saja. Namun, sekarang warga juga mulai membudidayakan jambu madu dengan citarasa manis dan segar. Yang menarik, tanaman tersebut cukup ditanam diplanter bag atau pot dilahan tidak produktif.
Jambu madu warna hijau berasa manis ini awalnya mulai dibudidayakan di Desa Boyolali, Kecamatan Gajah. Kini, budidaya tersebut juga dikembangkan di desa lainnya. Seperti Desa Surodadi, Tambirejo, Mlatiharjo, Wilalung dan desa lainnya diwilayah Kecamatan Gajah. Sekretaris Desa (Sekdes) Boyolali, Senen, mengungkapkan, budidaya jambu ini bermula ketika awal 2016 lalu, ia dikenalkan dengan pupuk organik mikrogogle (migo) oleh Prof Ali Zumasyhar asal Demak yang saat itu bekerja di Kementerian Desa (Kemendes). Melalui kelompok Binagro Nusantara, pupuk organik yang dikenalkan tersebut bisa digunakan untuk pemupukan pohon jambu madu dalam pot dengan hasil yang maksimal. Karena penasaran, akhirnya Senen mencoba mempraktikkan sendiri.
Ada 50 batang pohon yang ditanam. Pohon jambu madu ditanam didalam planter bag atau pot kemudian diletakkan untuk mengisi lahan rumah yang kosong. Dalam jangka waktu antara 8 hingga 9 bulan, pohon jambu tersebut sudah mulai berbuah. Pupuk cair organik pun digunakan untuk memupuk tanaman jambu ini. Selain pemupukan juga dilakukan penyemprotan sehingga aman dari hama, termasuk lalat buah. Secara teknis, tanaman selalu disiram tiap hari dan dipupuk serta disemprot seminggu sekali. Lantas, saat berbuah, jadilah buah jambu organik.
“Pupuk organik ini berguna menetralisir residu atau sisa sisa kimia yang ada dalam tanaman. Sedangkan, planter bag atau pot yang dipakai sebagai media tanaman bisa untuk mengendalikan tanaman serta panen, ”ujar Senen, pria kelahiran Demak, 10 Maret 1970 ini. Saat panen, setiap pohon bisa menghasilkan 2 hingga 3 kilogram jambu madu dengan produktifitas bisa mencapai tiga kali dalam setahun. Agar besaran buah bisa optimal, maka bisa dilakukan penyiangan (pengurangan) buah. Dengan demikian, ada keseimbangan antara daun dan buah.
Pengurangan jumlah buah dapat dilakukan sebelum dilakukan pembungkusan dengan plastik. Karena ujicoba selama setahun itu dinilai berhasil, maka Senen telah menyiapkan lahan seluas 1 bahu untuk ditanami jambu madu. “Masih dalam persiapan penataan lahan. Penambahan tanaman ini saya lakukan, karena permintaan atau pesanan buah jambu madu ini makin banyak. Selain itu, agar dapat mencukupi permintaan konsumen ini, kita bentuk komunitas penanam jambu madu. Dengan demikian, setiap ada permintaan dalam jumlah besar dapat dipenuhi,”katanya.
Permintaan buah jambu tersebut rata rata 1 hingga 2 kuintal perbulan. Buah jambu madu ini ditingkat petani dihargai Rp 20 sampai Rp 25 ribu perkilogram. Sedangkan, ditingkat konsumen bisa Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu perkilogram. Harganya lebih mahal dibandingkan jambu merah delima atau citra yang hanya sekitar Rp 13 sampai Rp 15 ribu perkilogram. Dengan potensi tersebut, Desa Boyolali akan disulap menjadi sentra produk unggulan jambu madu.
“Desa Boyolali kita jadikan desa wisata agro jambu madu. Mereka yang ingin studi banding bisa langsung datang ke desa kami ini. Dalam setahun terakhir sudah banyak yang studi banding atau belajar menanam pohon jambu madu ini,”katanya. Menurutnya, selain melayani buah jambunya, Senen juga melayani pembelian batang pohon jambu madu. “Untuk bibit jambu ini disuplai dari Jogjakarta,”imbuh dia.
Untuk bibit pohon jambu dengan planter bag ukuran kecil dijual Rp 60 ribu dan untuk ukuran besar dijual Rp 130 ribu. Untuk mengembangkan budidaya jambu madu ini, telah dilakukan semacam pilot project di desa desa diwilayah Kecamatan Gajah. Satu desa ada 1 RW yang dijadikan contoh. Warga diberi 2 bibit jambu. Tujuannya, jika berbuah bisa menambah pendapatan keluarga.”Pohon jambu cukup ditanam didalam pot dan ditempatkan dilahan kurang produktif sekitar rumah atau pekarangan.
Camat Gajah, Agung Widodo mengatakan, desa desa yang mengembangkan budidaya jambu madu ini difasilitasi dengan pelatihan penerapan teknologi tepat guna. Pelatihan untuk memberdayakan masyarakat ini menggunakan dana desa (DD). “Dengan demikian, harapannya bisa menambah kesejahteraan masyarakat. Jambu madu yang mudah perawatannya ini bisa menjadi produk unggulan Kecamatan Gajah. Sebelumnya, di Kecamatan Gajah dikenal ada beras organik di Desa Mlatiharjo. Sekarang jambu madu organik,”katanya.
Kepala Dinas Pertanian Pangan Pemkab Demak, Agus Herawan mengatakan, berbagai potensi yang ada dapat dikembangkan termasuk jambu madu tersebut. “Demak dikenal dengan jambu merah delima dan citra. Selain itu, ada belimbing asli Demak serta banyak potensi lainnya yang terus kita gali,”katanya. (hib/web/bas)