27 C
Semarang
Sunday, 22 June 2025

Lea Collections Terus Berkembang, Merintis Kerajinan Batik Motif Demak-an Mulai dari Nol

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Demak – Luluk Masluroh atau yang dikenal dengan pendiri Lea Collection memiliki pengalaman sebabai perajin kain batik Demak-an. Lulu mengatakan, ia mulai menekuni usaha mikro kecil menengah (UMKM) bidang kerajinan batik sejak tahun 2000.

“Awalnya saya mendring baju atau pakaian. Saya tawarkan ke temen-temen di kantor. Ada kerudung adapula batik dan lain-lain,”katanya. Dalam perkembangannya, ada kebijakan nasional dan provinsi pegawai harus pakai batik pada hari tertentu. Sehingga waktu itu, ia jualan batik cukup banyak.

“Saat itu masih kulakan batik dari Pekalongan, Solo dan lainnya. Sedangkan, untuk batik Demakan waktu itu masih proses belajar,”katanya. Apalagi juga belum ada kewajiban pegawai harus pakai batik khas Demak. Namun, dari pengalaman itu, Luluk kemudian mencoba membuat batik sendiri dengan motif Demakan.

Berbagai pelatihan membatik ia ikuti. Lama kelamaan terbiasa membatik dan membuat motif sendiri. “Pertama motif yang ada di Demak itu motif sisik yang dikenal saat Bupati Endang dulu. Perajin batik sempat diikutkan pelatihan di Banyuwangi,”katanya.

Batik karya perajin kemudian dibuat seragam untuk pegawai di Pemkab Demak. Dalam perkembangannya, ada peraturan bupati (perbup) tentang pakaian batik pada hari Rabu. Mulai saat itulah, para perajin banyak membuat motif sendiri dengan mengusung potensi lokal Demak.

“Misalnya saya sendiri membuat motif jambu dan belimbing. Ada motif Masjid Agung, motif bledeg , biota laut, kapal ikan dan lainnya,”katanya. Adapun, yang dikembangkan adalah batik cap, batik colet, dan batik tulis.

Batik yang dibuat sesuai dengan pesanan pelanggan. Ada yang dari organisasi perangkat daerah (OPD), perangkat desa, PKK, DPRD, dan lainnya. Dalam perkembangannya, permintaan makin banyak karena untuk oleh-oleh souvenir. Batik dijual antara Rp 75 ribu hingga Rp 250 ribu.

Kepala Dindagkop Iskandar Zulkarnain menuturkan, kerajinan batik tumbuh pesat. “Batik lokal memiliki banyak motif sehingga menarik bagi konsumen,”ujarnya. Untuk mendukung pengembangan batik lokal ini, Dindagkop memberikan berbagai pelatihan bagi UMKM termasuk kalster batik. (hib/web/bas)

Reporter:
Wahib Pribadi

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya