RADARSEMARANG.COM, Kemacetan arus lalulintas di jalur Pantura Demak sudah berlangsung berbulan-bulan. Tepatnya, sejak jembatan Wonokerto, Kecamatan Karangtengah dibongkar pada 20 Juli 2022 lalu. Jalan alternatif pun jadi pilihan. Dampaknya, banyak jalan kabupaten rusak berat lantaran dilewati kendaraan bermuatan melebihi tonase.

BIANG MACET: Bentangan jembatan Wonokerto baru terpasang, diperkirakan akhir November 2022, jembatan sudah bisa difungsikan. (kanan) Simpul kemacetan di pertigaan Mboyo Dukun Karangtengah yang menjadi jalur alternatif.(FOTO-FOTO: WAHIB PRIBADI/RADARSEMARANG.COM)
WENDY biasa melewati jalur Semarang-Demak atau sebaliknya. Kebetulan dia bekerja di wilayah Kudus. Terjebak kemacetan di Jalur Pantura tersebut sudah jadi makanan sehari-hari. Saat berangkat dan pulang kerja. Apalagi selama jembatan Wonokerto dibongkar. Setiap pagi dan sore dipastikan jalan tersebut macet total. “Saya terjebak kemacetan jembatan Wonokerto paling lama sampai dua jam,” kata Wendy kepada RADARSEMARANG.COM.

Ya, warga memang harus ekstra sabar saat melewati jalur Semarang-Demak ini. Sebab, sesuai rencana pembangunan jembatan itu baru selesai sekitar April 2023. Namun lantaran adanya desakan dari berbagai pihak, proyek jembatan akan dipercepat penyelesaiannya pada akhir November 2022 ini. Harapannya, jembatan bisa digunakan saat arus mudik libur nataru atau Natal dan Tahun Baru.
Jembatan Wonokerto memiliki panjang 60 meter dan lebar 11,8 meter. Pantauan koran ini kemarin, gelagar jembatan telah terpasang, dan kini sedang proses pengecoran permukaan jembatan.
Kasatlantas Polres Demak AKP Muhammad Gargarin menyampaikan, sembari proses penyelesaian pembangunan jembatan itu, pada Minggu kedua November ini jembatan mulai dibuka untuk lajur cepat. Yaitu, hanya satu lajur. Sedangkan untuk lajur lambat masih dikejar penyelesaiannya. Karena itu, setelah lajur cepat dibuka, maka tidak akan ada contraflow lagi. “Pokoknya target selesai semua sebelum Nataru,”katanya.
Kasatlantas menambahkan, pihaknya selalu memantau dan memastikan pekerjaan agar on schedule dan tepat waktu. “Kita pantau terus penyelesaiannya,”ujarnya. Petugas juga selalu memonitor agar kemacetan bisa diminimalkan.
Seperti diketahui, kemacetan parah yang terjadi akibat pembangunan jembatan Wonokerto memunculkan dampak sosial ekonomi yang luar biasa. Selain menghambat laju kendaraan pengangkut barang dan jasa, kemacetan juga menganggu mobilitas warga. Kerugian akibat dampak macet ini diperkirakan hingga miliaran rupiah karena menyangkut keterlambatan sekaligus pemborosan bahan bakar minyak (BBM).
Tidak hanya itu, akibat macet inipula, infrastruktur jalan kabupaten di wilayah Demak juga rusak parah. Ini lantaran banyak truk pengangkut barang dengan tonase berlebih banyak yang memilih jalan alternatif. Kendaraan berat yang lewat jalur alternatif tidak hanya bus penumpang, namun juga truk trailer maupun truk fuso kelas berat. Bahkan, jembatan Guntur beberapa waktu lalu sempat ambrol karena tidak kuat menahan beban tonase lebih.
Berdasarkan ketentuan, jalan kabupaten yang berupa betonisasi dengan spesifikasi K300 hanya diperuntukkan truk dengan muatan maksimal 8 ton. Namun, pada kenyataannya, kendaraan yang lewat selama ada pembangunan jembatan Wonokerto tonasenya lebih dari 10 ton. Akibatnya, jalan kabupaten rusak berat. Ini antara lain bisa dilihat di jalur Buyaran-Karangawen maupun Onggorawe-Mranggen. Termasuk jalur Gajah-Dempet-Kebonagung maupun jalue Karanganyar-Merak-Godong. Jalur alternatif lain seperti Pamongan Guntur hingga Bulusari Sayung ke barat juga terdapat kerusakan.
Sub Koordinator Pengawasan dan Pengendalian Bidang Bina Marga, Dinputaru Pemkab Demak, Abdul Syukur menyampaikan, kerusakan jalan akibat dampak pembangunan jembatan Wonokerto telah menjadi pembahasan serius pihaknya. Bahkan juga telah disampaikan ke Provinsi Jateng.
Menurutnya, berdasarkan ketentuan Dirjen Bina Marga, memang ada kompensasi yang mestinya ditanggung pihak pelaksana pembangunan jembatan Wonokerto. Di antaranya harus ada jalan alternatif yang dibuatkan untuk arus kendaraan antara Buyaran hingga Dukun Karangtengah. Bahkan, ada usulan juga jalan alternatifnya sampai Sayung. Salah satu pilihanya adalah menggunakan jalur alternatif jalan tol Demak-Sayung yang segera difungsikan. Namun karena pembiayaan yang tinggi, pelaksana pembangunan jembatan Wonokerto lebih memilih menyelesaikan pembangunan jembatan Wonokerto tersebut.
“Jadi, soal jalan alternatif sebagai kompensasi itu belum ada kesepakatan. Dalam perkembangannya, pelaksana pembangunan jembatan Wonokerto lebih pilih menyelesaikan pembangunan jembatan, sehingga tidak menanggung kompensasi yang dinilai besar. Informasinya, pada minggu kedua November ini jembatan baru sebagian bisa diakses kendaraan,”ujarnya
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) H Fathan Subchi mendesak pemerintah, utamanya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk segera menyelesaikan pembangunan jembatan Wonokerto di Kabupaten Demak. Percepatan pembangunan ini diperlukan agar tidak terlalu lama mengganggu arus lalulintas transportasi nasional yang ada di jalur Pantura Demak tersebut.
Sejauh ini, pihaknya telah banyak menerima keluhan masyarakat terkait lamanya pembangunan jembatan yang ada di wilayah Desa Wonokerto, Kecamatan Karangtengah itu.
“Mestinya pembangunan jembatan ini pakai teknologi konstruksi terkini yang tercanggih yang sekiranya bisa mempercepat penyelesaian, sehingga tidak memakan waktu berbulan-bulan. Apalagi kita dengar jembatan selesai dibangun pada April mendatang (2023). Ini saya kira lama sekali,”kata wakil rakyat dari dapil Demak, Kudus, dan Jepara ini.
Manajer Operasional PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) Niko menyampaikan, jembatan Wonokerto dibongkar dan dibangun kembali lantaran sudah berusia lebih dari 50 tahun. “Umur jembatan sudah tua. Sudah waktunya diganti baru karena bisa membahayakan,”katanya. Pengerjaan proyek ini dilakukan PT Bukaka yang disubkontrakkan ke PT HKI. Sedangkan pemilik proyek adalah PT Baja Titian Utama (BTU). (hib/aro)