RADARSEMARANG.COM, Demak – Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) kini menjadi program penting bagi guru, termasuk di SMAN 1 Demak. Ini karena program PKB tersebut merupakan kebutuhan sekaligus kewajiban bagi guru, utamanya yang berstatus aparatur sipil negara (ASN).
Guru yang ikut PKB akan terbantu dalam upaya memenuhi hak haknya di dalam jabatan fungsional guru.
Kepala SMAN 1 Demak, Solikhin, SPd, MPd menyampaikan, pihaknya mendorong para guru di sekolah yang dipimpinnya tersebut aktif dalam berbagai giat pengembangan profesi yang ada.
“Bagaimanapun, sekarang PKB jadi kebutuhan dalam pemenuhan jabatan fungsional guru. Utamanya dalam proses kenaikan pangkat,”ujarnya didampingi Setyo Nugroho SPd MPd di sela giat diklat penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian tindakan sekolah (PTS) dan Best Practice di ruang Perpustakaan SMAN 1 Demak, Sabtu (26/3/2022).
Menurutnya, ada tiga hal yang menjadi perhatian adanya PKB tersebut. Yaitu, soal pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovasi. “Seperti sekarang ini kita adakan diklat pengembangan diri secara daring. Kegiatan ini juga ada pengakuan nilai atau angka kreditnya bagi guru,”kata Solikhin.
Menurutnya, giat diklat yang diikuti 155 guru ASN dan non ASN dari SMAN 1 Demak dan sekolah lainnya itu masuk ranah pengembangan diri. Dalam giat kerjasama antara SMAN 1 Demak dengan FKIP Universitas Muria Kudus (UMK) ini akan menghasilkan publikasi ilmiah berupa karya penyusunan artikel dan karya inovasi lainnya.
“Target pengembangan diri ini ada penilaian angka kredit (PAK) nya. Mereka bisa membuat artikel, baik terkait PTK maupun PTS serta best practicenya. Sasarannya bisa masuk jurnal bereputasi internasional,”katanya.
Solikhin menambahkan, PKB sebagai kewajiban guru akan membantu guru mahir dalam menunjang profesinya. “Kita tahu, bahwa guru itu rata rata pintar bicara. Tapi, kalau menulis kurang greget. Jadi, perlu dipaksa lewat PKB ini agar bisa menulis juga,”ujar dia.
Dia mengungkapkan, keterampilan menulis itu dinilai setingkat lebih sulit dari sekedar bicara. Karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan menulis itu merupakan level kebahasaan paling tinggi. Yang pertama adalah menyimak, bicara, membaca, dan menulis. “Nah, dalam penulisan artikel itu tidak sekedar menulis. Tapi, bagaimana mengungkapkan ide atau gagasan secara sungguh sungguh dalam tulisan,”katanya.
Karena itu, kata Solikhin, hambatan yang kerap menghinggapi guru dalam menulis adalah tidak adanya faktor kesungguhan dalam meluangkan waktu. “Disinilah, perlu adanya motivasi agar guru mau meluangkan waktu untuk menulis. Kalau ada kemauan tentu akan bisa. Tinggal mau atau tidak,”kata dia.
Solikhin menambahkan, dalam proses kepangkatan atau jabatan, guru biasanya paling mentok di golongan IV a. Dan, hanya sedikit beranjak ke golongan IV b atau c. “Mengapa demikian, karena rata rata terganjal di giat PKB nya. Diantaranya tidak terpenuhinya publikasi ilmiah dan karya inovasinya,”katanya.
Dia menuturkan, kalau mau menulis sebetulnya banyak sumber data yang dapat digunakan baik dalam penulisan PTK maupun PTS. Model menulisnya juga tidak terlalu rumit dan tidak perlu bermain statistik layaknya penelitian kuantitatif.
“Karena itu, kita berharap diklat pengembangan profesi ini bisa makin memacu para guru SMAN 1 Demak maupun guru lainnya untuk bisa lebih profesional termasuk dalam tulis menulis dan publikasi ilmiah,”kata Solikhin. (hib/bas)