RADARSEMARANG.COM, Lampung – Tantangan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan terbesar di Indonesia salah satunya adalah persoalan ekonomi umat yang hingga kini belum tuntas. Maka, butuh perhatian serius bagi NU dalam membangun ekonomi umat tersebut, utamanya pasca Muktamar NU ke-34 di Lampung (22-23/12/2021).
Ketua Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) DKI Jakarta, Drs H Fathan Subchi menyampaikan, masih banyaknya kaum Nahdliyyin yang hidup dibawah garis kemiskinan mesti menjadi perhatian utama NU. Ini sesuai dengan tema muktamar yaitu, menuju satu abad NU, membangun kemandirian warga untuk perdamaian dunia.
Kemandirian ekonomi umat, kata Fathan, menjadi salah satu cita cita pendiri NU dengan ditandai pendirian Nahdlatul Tujjar (kebangkitan saudagar). Adanya Nahdlatul Tujjar itu menunjukkan, bahwa misi NU dalam penguatan ekonomi umat merupakan bagian penting dalam menguatkan pondasi atau pilar kebangsaan. Karena itu, kemandirian ekonomi bagi NU harus terwujud juga sebagai bagian dari upaya memperkuat NKRI.
“Meskipun kemandirian ekonomi ini sudah diinginkan sejak lama, tetapi mewujudkan keinginan ini tentu menjadi harapan kita semua. Maka, kemandirian organisasi harus ditopang oleh kemandirian ekonomi umat secara menyeluruh. Sebab, bangsa ini bisa kuat jika warga NU yang mayoritas di negeri ini juga kuat,”kata Fathan yang juga wakil ketua Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKB ini.
Menurut Fathan, kemandirian ekonomi warga NU bisa direalisasikan antara lain dengan menguatkan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang digeluti kaum Nahdliyyin. “Warga NU yang bergelut dibidang pengembangan UMKM ini sangat banyak. Maka, bagaimana caranya agar sektor ekonomi kecil menengah ini bisa lebih berdaya, termasuk akses ke perbankan untuk permodalan bisa lebih lancar,”ujarnya.
Pondok pesantren dan madrasah sebagai basis pengembangan komunitas NU dalam bidang pendidikan juga mesti ditopang dan dikuatkan dengan pengembangan usaha ekonomi tersebut. Dengan demikian, kemandirian ekonomi umat Nahdliyyin dapat cepat terwujud secara berkelanjutan. “Semangat Nahdlatul Tujjar yang dibangun NU sejak awal berdiri memang tidak boleh kendor. Artinya, harus ada upaya untuk mewujudkannya melalui peningkatan usaha kecil menengah yang bersifat masif dikalanngan Nahdliyyin,”katanya.
Mewujudkan kemandirian ekonomi NU juga bisa dilakukan dengan penguatan ekonomi pertanian. Sebab, tak dapat dipungkiri bahwa mayoritas warga NU hingga kini faktanya masih banyak yang menekuni bidang pertanian. “Harga rendah produk pertanian saat panen raya kerap menjadi persoalan yang tak kunjung selesai. Maka, ini tidak boleh terjadi lagi. Disinilah peran NU sebagai organisasi bisa berjuang lebih keras dalam meneguhkan semangat ekonomi umat demi kemandirian ekonomi umat tadi,”kata Fathan.
Meski demikian, kemandirian ekonomi umat apapun tidak bisa lepas dari peran pemerintah. Pemerintah disisi yang lain juga harus lebih nyata dalam membela kepentingan masyakakat kecil melalui penguatan ekonomi keumatan itu. “Karena itu, penguatan ekonomi dengan didukung penguatan regulasi dalam rangka mendorong pengembangan dan perlindungan ekonomi kecil yang banyak ditekuni warga NU juga sebuah keniscayaan,”katanya. (hib/bas)