RADARSEMARANG.COM, Demak – Sehari menjelang puasa Ramadan, Kamis (23/4/2020) kemarin suasana di kompleks makam Sunan Kalijaga, Kelurahan Kadilangu dan Masjid Agung Demak, Kota Demak sepi senyap.
Kondisi seperti ini sebetulnya sudah tampak sejak sebulan lalu ketika pemerintah mengumumkan penutupan sementara tempat tempat wisata religi, termasuk di dua lokasi tersebut. Penutupan dilakukan lantaran merebaknya virus korona (Covid-19). Jalan penghubung Kadilangu juga ditutup dan dihadang dengan mobil polisi.
Dalam kondisi normal, dua tempat wisata religi andalan Kabupaten Demak itu jumlah kunjungan wisatawan atau peziarah tercatat paling banyak di Jateng setelah Candi Borobudur di Magelang. Dinas Pariwisata setempat biasanya menargetkan jumlah kunjungan peziarah bisa mencapai 1,6 juta orang per tahun.
Adapun, target pendapatan PAD dari lokasi wisata itu bisa menyumbang sebesar Rp 1,9 miliar setahun. Kunjungan peziarah paling banyak biasanya dua bulan menjelang Ramadan. Namun, karena ada wabah covid, sejak sebulan lalu dua lokasi wisata religi Kadilangu dan Masjid Agung Demak terpaksa ditutup lebih awal.
Akibat adanya penutupan itu, keadaan ekonomi warga sekitar yang mengandalkan dari sektor pariwisata langsung anjlok dan memprihatinkan. Para pedagang biasanya panen raya menjelang Ramadan. Namun, kini kondisi berbalik 180 derajat setelah kawasan wisata ditutup. Bahkan, ada pedagang (agen) barang barang atau oleh-oleh kebutuhan untuk peziarah yang biasa dijajakan di toko toko sepanjang lorong jalan menuju makam Kadilangu turut terkena dampaknya.
Pedagang tersebut rugi hingga ratusan juta rupiah. Sebab, barang barang dagangannya yang saat kulakan langsung membayar namun tidak bisa kembali lagi karena barang tidak terjual seperti sediakala. Akhirnya, barang dagangannya tersebut dibagikan ke para tetangga terdekat.
Penutupan wisata religi tidak hanya berdampak bagi para pedagang kecil saja. Kondisi yang sama juga dialami para pekerja jasa transportasi seperti, tukang becak, dokar, juru parkir dan pedagang asongan lainnya. Kepala Dinas Pariwisata, Agus Kriyanto mengungkapkan, penutupan lokasi wisata religi memang terpaksa dilakukan untuk membantu pemerintah dalam memutus mata rantai penularan korona.
“Dampaknya memang luar biasa terhadap penurunan ekonomi masyarakat, utamanya yang ada dikawasan wisata tersebut. Karena itu, kita bersama berbagai pihak turut membantu bagaimana bisa meringankan beban mereka,” katanya. (hib/bas)