Kalau tahun ini hanya mendapatkan anggaran sejumlah itu, bisa dipastikan sekolahan belum bisa digunakan. Jadi harus menunggu penganggaran tahun depan lagi.
Pihaknya sangat berharap, pengerjaan sekolah bisa segera diselesaikan dan menjadi prioritas pembangunan. Agar para siswa tidak duduk lesehan di lantai tanpa alas lagi. Selain itu, perlu anggaran untuk mabel di ruang-ruang kelas.
Sejauh ini, Dwi sudah meluluskan dua angkatan siswa. Ada sekitar 22 siswa yang sudah lulus di pengungsian. Sedangkan siswa saat ini berjumlah 120 orang. Kasus gedung sekolah mangkrak ini tidak memengaruhi jumlah siswa baru. Warga sekitar tidak bisa memilih sekolah untuk anaknya, karena masuk zonasi di SDN Wonosegoro 2.
“Proses belajarnya di sini susah, siswa juga jenuh. Dua tahun duduk lesehan untuk belajar. Tidak maksimal belajarnya,” imbuhnya.
Kendala tidak hanya di bangunan yang masih terbengkalai. Melainkan juga pengajar, saat ini hanya ada tiga pengajar yang PNS. Dan tahun ini satu orang pensiun. Sedangkan tujuh pengajar lain masih berstatus wiyata bakti. (yan/zal)
