29.7 C
Semarang
Saturday, 23 August 2025

Penolakan Pembangunan Masjid Dipicu Sakit Hati Warga

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Batang – Warga Desa Kalipucang Wetan, Kecamatan Batang kekeh menolak pembangunan Masjid Nur Said di wilayahnya. Alasan yang paling mendasar adalah rasa sakit hati warga dengan sang ahli waris pemilik lahan. Warga merasa direndahkan dan ahli waris juga tidak pernah menemui warga.

Rasa sakit hati warga semakin memuncak saat pertemuan pada 23 November 2022 dengan pihak terkait. Pertemuan itu harusnya dihadiri oleh sang ahli waris secara langsung. Namun, dari pihak ahli waris malah mengutus seseorang untuk menemui warga. Hal itu disampaikan M Saiful Rohman, 28, perwakilan warga.

“Yang datang Abah Toriq, bukan ahli warisnya. Kita kumpul, tapi tidak pernah dengan ahli waris dari yang delapan orang itu. Tiap pertemuan berganti-ganti orang,” ucapnya, Rabu (7/12).

Pertemuan di Balai Desa Kalipucang Wetan itu, dihadiri sekitar 200 orang warga. Mereka datang dengan menbawa spanduk penolakan. Menurutnya, spanduk tersebut dibuat murni karena warga sudah geram. Mulanya karena tidak ada omongan terhadap warga terkait pembangunan masjid tersebut.

Masjid tiba-tiba dibangun pada 2021. Hingga menjadi polemik karena sudah ada tiga masjid di Desa Kalipucang Wetan. Warga pun merasa sakit hati karena merasa tidak dianggap dan dihargai. Menariknya lagi, proyek pembangunan pondasi masjid dikerjakan oleh Kepala Desa Kalipucang Wetan, Mundakir. Ia mendapatkan proyek senilai Rp 93 juta.

Di hadapan warga, Mundakir juga sudah mengakui hal tersebut. Ia mengaku khilaf karena kebutuhan ekonomi. Padahal dari tahun 2014, Mundakir secara pribadi menolak pembangunan masjid. Saat itu ada rumor dibangun oleh aliran sesat. Sementara warga baru mengetahui lahan seluas 6.000 meter itu bakal dibangun masjid pada 2021 hingga muncul penolakan.

Saiful mengatakan, dua hari sebelum acara pertemuan di Balai Desa (23/11), masyarakat bersilaturahmi dengan Abah Ghozi dan ditemui istrinya. Saiful bercerita, ayahnya menitipkan wasiat, ketika meninggal minta dibuatkan masjid. Carikan lahan sampai Semarang. Tidak ada kata harus di Batang. “Yang saya pertanyakan, ada apa sih kok harus di sini,” tegasnya.

Ia mengungkapkan, hasil pertemuan di balai desa sudah final. Warga tidak menginginkan ada pertemuan-pertemuan lagi. Karena dua kali pertemuan 12 Maret 2022 dan 23 November 2022, ahli waris tidak pernah datang. Warga masih kekeh menolak pembangunan Masjid Nur Said tersebut.

Hal serupa juga disampaikan Sekretaris Desa Kalipucang Wetan, Bambang Edy Sudarmanto. Penolakan warga bukan terkait sentimen keagamanan tapi proses yang tidak sesuai prosedur admnistrasi.

“Tidak sesuai prosedur administrasi, SKB 3 menteri tidak dipenuhi juga. Jadi masyarakat, sampai kapan pun tetap menolak. Saat sosialisasi pemaparan (perwakilan ahli waris) marah-marah,” ujarnya.

Pihak warga sudah memastikan bahwa belum ada izin apapun untuk pembangunan. Dua dinas yaitu DPUPR dan DPMPTSP pun tidak mengeluarkan izin mendirikan bangunan. Ia menjelaskan, pemilik tanah tidak menghormati adat istiadat. Bagi warga, pihak pembangun tidak pernah kulanuwun baik-baik.

Bambang menyebut, sejak awal rencana itu muncul masyarakat tidak dilibatkan. Warga menganggap bahwa pembangun tidak punya unggah-ungguh. Ia menyebut ada tiga basis ormas Islam di desanya. Yaitu NU, Rifaiyah dan Muhammadiyah. Menurutnya, sudah banyak masjid di desanya. (yan/zal)

Reporter:
Riyan Fadli

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya