RADARSEMARANG.COM, Batang – Belasan anak penderita talasemia diajak berbahagia di Agrowisata Pagilaran, Minggu (18/9). Senyum sumringah para peserta mewarnai jalannya acara outbound hingga materi motivasi. Sesama penderita kelainan sel darah merah yang kurang dari normal, mereka terus berjuang menyambung hidup.
Selama ini, tiap satu bulan bahkan dua minggu sekali mereka harus melakukan transfusi darah. Rutinitas itu dilakukan seumur hidup. “Kami membawa misi untuk memberikan semangat dan refreshing pada penderita talasemia. Karena kasihan mereka rutinitas sehari-hari hanya transfusi darah,” ujar dr Tan Evi Susanti, dokter spesialis anak RSUD Kalisari Batang.
Para peserta merupakan anak-anak penderita talasemia dari Kabupaten Batang. Ada 18 anakd idampingi oleh keluarganya. Semangat dan senyum sumringah anak-anak itu terlihat lepas. Mereka diajak joget Tik Tok juga beberapa permainan outbound. Kegembiraan mereka tumpah bersama para orang tua. Selain outbound, anak-anak mendapat motivasi.
“Mereka diajak supaya tahu tentang talasemia. Mengingatkan mereka untuk transfusi jangan menunggu Hb rendah. Rutin mengonsumsi obat kelasi besi-nya untuk menurunkan angka kesakitan talasemia,” imbuhnya.
Selain itu, anak-anak juga diedukasi untuk mencari pasangan yang sehat. Tidak memiliki talasemia juga. Hal ini dilakukan untuk menciptakan keturunan yang lebih sehat. Tidak jadi penyintas talasemia juga.
Para penyintas itu kini sudah tergabung dalam komunitas. Aturan baru dari BPJS mengharuskan penyintas untuk melakukan protokol terapi. Lokasinya di Kota Semarang. Dengan adanya komunitas, mereka tidak lagi merasakan kesendirian bolak-balik ke Semarang tiap dua minggu sampai satu bulan sekali.
“Alhamdulillah untuk pejuang talasemia anak semuamya sudah tergabung dalam komunitas. Kalau ada yang pemalu atau kurang Pede biasanya kita rangkul mereka. Keuntungannya bisa bertukar pengalaman memberi semangat pengetahun dan bersama-sama melewati masa sulit. Seperti ke Semarang bersama-sama,” terangnya.
Keberadaan komunitas talasemia itu pun dianggap sangat membantu oleh para orang tua. Mereka punya teman untuk ikut berjuang bersama-sama.
“Dengan adanya forum pejuang talasemia sangat membantu, bisa berbagi informasi, suka duka dan tidak merasa sendiri,” kata salah satu orang tua penyintas, Dian Widyastuti.
Selain itu, Dian juga berharap ada sosialisasi tentang talasemia untuk masyarakat. Misal, perlu screening khusus pada pasangan yang akan menikah, terkait ada tidaknya bibit genetik pembawa talasemia dan lain sebagainya. (yan/zal)