RADARSEMARANG.COM, Batang – Puluhan sopir angkot di Kabupaten Batang menggelar aksi mogok masal di halaman Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Batang, Kamis (8/9). Mereka menghentikan paksa pengemudi bus yang melintas untuk ikut dalam aksi. Tak hanya itu, para penumpang bus juga diturunkan secara paksa. Aksi tersebut digelar untuk meminta kenaikan tarif angkutan umum imbas naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).
“Pokoknya keinginan sopir, tadinya (tarif) Rp 5 ribu naik jadi Rp 7 ribu,” ujar Tus Parjiman, perwakilan paguyuban sopir angkot Batang-Pekalongan.
Pihaknya menginginkan adanya kepastian tarif bawah dan atas bagi angkutan umum. Parjiman mengaku sering adu mulut dengan penumpang saat menaikan tarif sepihak. Hal itu dilakukan imbas kenaikan BBM. Aksi mogok akan dilakukan sampai Dishub Batang mengeluarkan putusan tarif baru. Ada lebih dari 30 bus terparkir di halaman Dishub dan jalur Pantura Kandeman.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Batang Suparno menjelaskan, jika tuntutan para sopir kali ini adalah permintaan kenaikan tarif sementara. Pihaknya telah menunggu sejak hari Sabtu (3/9) hingga Kamis (8/9), pihak Dishub Batang belum juga mengeluarkan penyesuaian tarif angkutan umum.
“Kemarin janjinya hari Rabu mau dikeluarkan. Ternyata tidak dikeluarkan. Sekarang ini hari Kamis masih disemayani lagi,” katanya kecewa.
Sementara kenaikan tarif yang diinginkan antara Rp 1.000 hingga Rp 2.000, menyesuaikan jarak yang ditempuh. Pihaknya menganggap tarif tersebut tidak terlalu membebani penumpang. Namun pihak Dishub dianggap terlalu banyak melakukan koordinasi, sehingga putusan tarif belum juga muncul.
“Temen-temen ini mau bekerja bagaimana. Tidak ada payung hukumnya lagi. Kalau belum ada keputusan, mereka jalan pun tidak berani,” tegasnya.
Aksi mogok masal itu sempat memanas. Adu mulut terjadi antarpengemudi angkutan. Beberapa sopir menolak mengikuti aksi dan menurunkan penumpangnya. Peristiwa itu terjadi di tengah Jalan Pantura Kandeman. Akibatnya, lalulintas Pantura pun sempat tersendat.
Sementara itu, para penumpang yang diturunkan paksa, telantar beberapa saat di tepi jalan maupun di halaman Dishub. Mereka hanya bisa pasrah. Beberapa di antaranya memilih pulang jalan kaki. Seperti yang dilakukan Sukayati. Ia dan keluarganya memilih pulang dan tidak melanjutkan perjalanan.
Sukayati menumpang bus dari Pasar Batang untuk menengok cucunya yang berulangtahun di Jrakah Payung, Kecamatan Tulis. Warga Kelurahan Kauman, Kecamatan Batang itu terpaksa kembali ke rumah, sementara jarak rumah dengan kantor Dishub sekitar 6 kilometer.
“Tidak tahu ini (pulang naik apa, Red). Kalau ada angkot ya naik angkot. Kalau tidak ada ya jalan kaki,” ucapnya sebelum pulang jalan kaki.
Melihat para penumpang telantar, Dishub Batang memutuskan untuk menerjunkan beberapa mobil dinasnya untuk mengantarkan para penumpang bus ke tujuan. Ada empat kendaraan yang dikerahkan. Yakni, dua mobil bak terbuka dan dua kendaraan dinas.
“Secara humanis dan bijak nanti ada kesepakatan dari Organda dan pengguna jasa. Sebagian besar, angkutan itu yang menggunakan jasa adalah pedagang dan para siswa. Nanti akan kami undang perwakilannya,” terang Plet Kepala Dishub Batang Dwi Riyanto. (yan/aro)
