RADARSEMARANG.COM, Batang – Batang Teras Pandawa (BTP) yang digadang-gadang menjadi pusat UMKM mulai ditinggalkan pelaku usaha. Baru diresmikan Maret lalu, sudah ada sejumlah pelaku UMKM dari delapan kecamatan menyerah.
Bagian depan kawasan tersebut sering terlihat sepi pengunjung. Banyak stan tutup. Pelaku usaha memilih putus kontrak. Dari delapan kecamatan itu berarti ada 16 stan yang telah tutup sejak lebih dari satu minggu lalu.
Direktur BTP, Farry Astuti mengakui, tutupnya stan kecamatan sangat berdampak. Apalagi, posisi tenant berada di bagian depan. “Jadi kelihatan sepi dan kesannya tutup. Padahal stan bagian belakang (kuliner) buka dan ramai,” katanya saat ditemui di kantornya.
Awal dibuka, pengelola menyediakan 30 stan untuk 15 kecamatan. Satu kecamatan diberi jatah dua stan untuk diisi dengan model sewa. Biayanya Rp 600 ribu per bulan. Menurutnya, sebulan dan dua bulan awal masih lancar.
Lalu, sejumlah kecamatan mengalami kesulitan mencari sumber daya manusia (SDM) sebagai penjaga. Sehingga mulai tutup. Kondisi ini berpengaruh pada tingkat kunjungan. “Akhirnya kami berkomunikasi dengan pihak kecamatan. Sebagian buka dan sebagian dikembalikan ke manajemen,” katanya.
Delapan kecamatan yang tutup itu adalah Warungasem, Bandar, Banyuputih, Pecalungan, Limpung, Kandeman, Reban, dan Tulis. Dari 16 stan itu, tujuh stan telah diisi kembali oleh kalangan umum. Sehingga sisa sembilan tenan yang masih kosong.
Sementara untuk meramaikan BTP, pihaknya sudah menggelar berbagai even. Belum lama ini, menggelar even musik dari gabungan musisi dari Jakarta, Wonosobo, Jawa Barat, Batang, dan Pekalongan. Pengunjungnya tembus 700 orang. Ke depan pihaknya akan menggelar sepeda sehat dengan target 1.000 pengunjung.
“Kemudian masih banyak agenda hingga akhir tahun, ada dari BNN hingga pameran keris nasional,” jelasnya.
Kunjungan BTP sendiri ramai di setiap akhir pekan. Pemasukkan stan paling sepi per hari di kisaran Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu. Ada 34 stan berukuran 2×2 meter dengan harga sewa Rp 600 ribu per bulan, 10 stan ukuran 2×2,5 meter Rp 750 ribu, dan 19 stan lebih besar Rp 1 juta per bulan. (yan/zal)