RADARSEMARANG.COM, Batang – Masjid bersejarah di Desa Kalisalak, Kecamatan Limpung, dipugar. Pemugaran Masjid Nurul Jamal tersebut tercatat sebagai yang ke tiga sejak dibangun ratusan tahun lalu. Kali ini anggaran yang digunakan Rp 2 miliar dari target desain pembangunan Rp 5 miliar.
Beberapa bagian masih dipertahankan keasliannya, seperti soko papat. Atau empat tiang penyangga yang ada di bagian tengah masjid. “Kami sowan ke Habib Luthfi, pesannya agar Soko Papat itu dipertahankan. Kami sebenarnya ada mimbar asli tapi sudah rusak,” kata wakil ketua pembangunan masjid Arif Makruf, 48, usai pemasangan kubah masjid Senin (18/4) malam.
Kegiatan pemasangan mustoko masjid itu berlangsung sakral. Ratusan warga sekitar berkumpul di area masjid. Mereka melakukan tasyakuran dan pemasangan kubah berwarna emas secara gotong royong. Acara tersebut juga dihadiri langsung oleh Bupati Batang Wihaji serta Wakil Bupati Suyono.
Kubah masjid tersebut merupakan replika dari mustoko asli yang terbuat dari tanah liat. Ukuran replika dibuat lebih besar agar lebih terlihat. “Kami perkirakan umur masjid ini lebih lama dari kaligrafi dari tokoh nasional KH Ahmad Rifai yang bertanggal 1272 Hijriyah atau 1856 Masehi,” katanya.
Ada sekitar enam kaligrafi buatan tokoh pendiri Rifa’iyah tersebut. Masjid Nurul Jamal punya ikatan kuat dengan KH Ahmad Rifai atau Mbah Rifa’i. Awalnya, penduduk setempat mengira bahwa pendiri masjid itu KH Ahmad Rifai pada 1272 Hijriyah. Tapi ada bukti lain yang menunjukkan bahwa umur masjid lebih tua. Yaitu keberadaan makam Habib Hamid bin Idrus bin Yahya. Konon, ia merupakan datuknya Habib Luthfi.
Keterangan itu didapatkannya dari dua sumber yaitu Maulana Habib Luthfi bin Yahya dan seorang mahasiswa asal Jepang bernama Yumi Sukahara. “Tahun 1226 Hijriyah sudah ada Habib Hamid, jadi kami KH Ahmad Rifai dulu datang merehab. Umurnya lebih dari itu,” terangnya.
Sementara itu, mahasiswa asal Jepang datang ke Kalisalak untuk membuat disertasi. Ia membawa catatan bersejarah dari Universitas Leiden Belanda. Catatan itu menyebutkan 40 ulama di Desa Kalisalak. Urutan pertama dalam daftar yang didapatkannya bukan KH Ahmad Rifai, melainkan Habib Hamid. Hal itu juga memperkuat bukti bahwa umur masjid sudah lebih tua.
Selain itu, mustoko asli akan dipindah posisinya. Kubah berdesain kebudayaan Jawa itu bakal diletakkan di atas menara baru di depan masjid. “Mustika masjid lama desainnya beda. Desainnya memiliki makna pakunya negara,” jelasnya. (yan/zal)