RADARSEMARANG.COM, Batang – Pemkab Batang percepat tradisi ziarah jelang peringatan HUT ke-56 Kabupaten Batang, Minggu (27/3) malam. Ziarah ke makam pendiri Kabupaten Batang, Kanjeng Pangeran Adipati Mandurorejo biasanya dilakukan satu hari sebelum Hari Jadi pada 8 April.
“Ini bagian dari tradisi Pemkab Batang setiap Hari Jadi Kabupaten Batang. Kita laksanakan ziarah, setelah dari sini kita menuju makam Astana Pasekaran. Makam bupati-bupati yang mendahului kita,” ujar Bupati Batang Wihaji saat berziarah di makam Adipati Mandurorejo, Desa Protomulyo, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal.
Kegiatan itu juga diikuti Wakil Bupati Suyono, ketua DPRD, Dandim 0736, ketua PN, kajari, dan unsur Forkopimda lainnya. Ziarah ke makam para pendiri dan tokoh Kabupaten Batang dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas jasa yang diberikan.
Wihaji menjelaskan, percepatan dilakukan mengingat perayaan pada 8 April 2022 nanti berlangsung pada bulan Ramadan. “Cuma, karena nanti tanggal 8 April 2022 itu puasa, jadi kegiatannya padat. Karena itu, hasil rapat kita ajukan untuk mendahului. Memang dalam sejarahnya, baru pertama kali dilaksanakan malam hari. Biasanya pagi sampai siang,” terangnya.
Adipati Mandurorejo merupakan bupati pertama Kabupaten Pekalongan, menjabat pada 1622 hingga 1627. Atau sekitar 400 tahun lalu. Kabupaten Batang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Pekalongan yang kini telah menjadi tiga wilayah. Yaitu, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Batang. Kabupaten Batang sendiri berdiri sendiri sejak 8 April 1966.
“Ini merupakan sejarah orang Batang. Mbahe sama, Pekalongan, Kota Pekalongan dan Batang. Bupati Pekalongan dan wali kota Pekalongan kalau ulang tahun juga ke sini karena simbahnya sama. Buat juru kunci saya nitip buat diuri-uri. Kalau ada apa-apa juga lapor,” ucapnya.
Setelah ziarah ke makam Adipati Mandurorejo, agenda dilanjutkan ke makam sembilan tokoh di Astana Pasekaran Batang. Bupati yang dimakamkan di Astana Pasekaran adalah Kanjeng Raden Thoemenggung Soerokadiningrat, (Kanjeng Sedorawuh), Kanjeng Pangeran Ariosoero Adiningrat II, Toemenggung Tjokro Djojo KA.II, Toemenggung Poespo Negoro, Adipati Ario Soerjodiningrat, dan Bupati H Djoko Poernomo. (yan/zal)
