RADARSEMARANG.COM – Ada yang unik dari Pasar Umat Al-Ukhuwah di Desa Sengon, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang ini. Sesuai namanya, pasar umat ini mengadopsi nilai-nilai keislaman dalam kegiatan ekonomi perdagangan. Seperti apa?
Pasar Umat Al-Ukhuwah resmi berdiri pada 2008. Pasar ini sudah tiga kali berganti tempat, namun dengan visi misi dan kegiatan yang sama. Lokasi pasar saat ini juga dekat dengan pondok pesantren, sehingga akses bagi warga yang ingin menyalurkan amal jariyah sangat terbuka lebar.
Pendiri Pasar Umat Al-Ukhuwah H Munir Hakim mengatakan, pendirian pasar umat ini berawal dari kesadaran bahwa masyarakat memiliki potensi yang besar di bidang ekonomi dan agama, yang semestinya dapat tersalurkan dengan baik.
“Jadi ini kolaborasi antara ekonomi dan dakwah. Orang ke pasar tidak hanya berbelanja, namun juga ibadah, termasuk para pedagangnya. Rasulullah SAW bersabda barang siapa yang menjadi pedagang jujur maka kelak akan dibersamakan di Surga-Nya Allah bersama para nabi,” paparnya.
Kegiatan dakwah di pasar umat ini dengan menggelar majelis taklim setiap Ahad dengan mendatangkan pendakwah dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, setiap hari diperdengarkan lantunan murotal Alquran. “Juga ditulis doa masuk pasar di pintu masuk pasar yang fadhilahnya banyak sekali,”ujar Munir kepada RADARSEMARANG.COM.
Dikatakan, sudah banyak ustad, ulama, serta tokoh besar yang mampir untuk mengisi kajian di pasar umat ini. Di antaranya, Derry Sulaiman, Rhoma Irama, Habib Luthfi, Sakti eks gitaris Sheilla on 7, Hari Mukti, anggota MPR RI Anang Rikza, anggota DPRD Jateng Hariyono dan sejumlah tokoh lainnya.
Diakui, sejauh ini, masih banyak warga Sengon yang lebih memilih berbelanja di pasar luar wilayah karena harga yang sedikit lebih murah. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah pengurus pasar umat.
“Padahal kalau dihitung biaya ongkosnya juga sama. Lagian laba tersebut larinya ke saudara kita juga. Ke depannya semoga kita senantiasa mendapat hidayah dan senantiasa dalam lindungan Allah,” kata Munir.
Sulistiyowati, salah satu pedagang di pasar umat mengaku sangat terbantu dengan adanya konsep pasar umat ini. Umi Lis –sapaan akrabnya–mengaku telah memulai usahanya sejak 2008 atau saat pasar kali pertama berdiri.
Ia memilih berdagang di pasar umat ini dibanding tempat lain karena selain tempatnya dekat dengan rumah, lingkungan yang nyaman, juga tidak ada persaingan bisnis. Justru antara konsumen dan pedagang lain sudah seperti keluarga sendiri.
“Dengan diberikan mauidhoh dan kajian setiap ahad. Juga pemutaran murotal dan dikasih tausiyah, paling tidak kita selalu diingatkan bahwa hidup tidak hanya untuk mengejar duniawi saja, tetapi ada akhirat yag harus diperjuangkan,” ujar Umi Lis
Salah satu pengunjung pasar Fitri Rizqiyyah merespon positif konsep pasar umat ini “Setelah menemukan pasar dengan konsep seperti ini rasanya lebih bermanfaat sih. Setidaknya setiap seminggu sekali kita dapat tambahan ilmu,” katanya.
Namun Fitri mengusulkan agar ke depannya para pedagang bisa dikelompokkan yang baik. Misalnya, antara penjual sayur, penjual ikan, buah, pakaian, dan lainnya. Selain itu, Fitri juga menyoroti parkir pengunjung pasar umat yang masih terkesan kurang tertata.
“Semoga ke depan, pasar dan majelis taklim, juga pondok pesantren terus berkembang,” harapnya. (mg1/aro)