RADARSEMARANG.COM, Batang – Proyek rehabilitasi lima sekolah hingga kini belum selesai. Meski begitu, tim teknis di lapangan memperkirakan prosentase pembangunan yang dilakukan CV Amelia Rahman kurang dari 30 persen.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Batang Achmad Taufiq memperkirakan persentase hasil rehabilitasi sekolah turun drastis. Hal itu dilihat dari beberapa aspek. Mulai spesifikasi hingga imbas pengerjaan.
“Tim teknis dan konsultan pengawas itu memperhitungkan ke depannya. Kalau misalnya material itu terpasang tapi tidak berfungsi dan nantinya akan merusak struktur lainnya ya tidak dihitung. Kami pakai perhitungan yang logis,” kata Taufiq.
Ia menjelaskan, opname proyek rehabilitasi lima sekolah belum selesai. Kontraktor pemenang lelang, CV Amelia Rahman dari Cimahi, Jawa Barat, belum bisa datang. Mereka beralasan sedang sakit. Walau demikian pihaknya memastikan, perhitungan konsultan dengan tim teknis masih sangat kecil persentase pembangunannya. Kurang dari 30 persen.
“Saya sudah tekankan, secepat mungkin harus ada keputusan perhitungan opname-nya. Kami evaluasi bareng-bareng,” tegasnya.
Rehab lima sekolah yang dikerjakan CV Amelia Rahman itu dipastikan tidak selesai 100 persen. Sekolahan tersebut adalah SDN Depok 2, SDN Jambangan 2, SDN Pejambon, SDN Plelen 1, dan SDN Wonosegoro 2.
Kondisi terparah dialami SDN Wonosegoro 2. Kondisi bangunan tanpa atap itu kini terbengkalai. Nilai kontrak proyek tersebut mulai Rp 500 juta hingga Rp 800 juta, dengan total mencapai Rp 3 miliar.
Siswa yang menjadi korban kontraktor kini belum bisa sepenuhnya belajar di kelas. Hanya tiga sekolah yang ruang kelasnya sudah diperbolehkan dipakai. Yaitu SDN Pejambon, SDN Depok 2, dan SDN Plelen 1.
“Sesuai regulasi, sanksinya jelas. Kontraktor harus putus kontrak, membayar denda, pembayaran jaminan pelaksanaan, dan blacklist. Kami sekarang ekstra hati-hati ke pada rekanan luar kota,” tandasnya.
Bupati Batang Wihaji mengaku bertangung jawab atas ketidak nyamanan pembelajaran siswa SDN Wonosegoro 2. Atas gegalnya rehabilitasi sekolah tersebut. Bupati juga meminta Disdikbud untuk mengupayakan proses belajar mengajar tetap berlangsung nyaman, walaupun harus mengungsi di Madin Desa Wonosegoro.
“Anak-anak tetap sekolah, orang tua juga harus diajak ngomong dan dijelaskan secara jujur. Kita akan melakukan langkah-langkah berikutnya. Kami akan bertanggung jawab,” jelas Wihaji. (yan/zal)