RADARSEMARANG.COM, Batang – Pemkab Batang melakukan percepatan penanganan kasus stunting tertinggi di dua kecamatan, Kandeman dan Blado. Persentase tertinggi ini merupakan perbandingan dari jumlah penderita stunting dan banyaknya desa.
“Semoga ini menjadi bagian dari percepatan dan penanganan stuntung,” ujar Bupati Batang Wihaji dalam pertemuan Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) di Pagilaran Selasa (9/11).
Sebenarnya kasus stunting di Batang meliputi 10 kecamatan atau 25 desa. Kasus terbanyak berada di Kecamatan Blado, yaitu 5 desa. Kemudian Kecamatan Kandeman di 4 desa, disusul Bawang 3 desa, Reban 2 desa, Tulis 3 desa, dan Batang 4 desa.
Ia berharap, dengan penyampaian percepatan ini, kasus stunting menjadi perhatian bersama. Harapannya ke depan, anak-anak menjadi generasi yang lebih baik. Kegiatan itu menghadirkan seluruh penyuluh KB dan PPKBD se-Kabupaten Batang.
Menurutnya, percepatan penanganan stunting dilakukan dengan melihat penyebabnya. Pihaknya menguraikan permasalahan yang ada untuk mencarikan solusinya. Seperti gizi, sanitasi, dan jamban. Itu menjadi percepatan yang menyesuaikan dengan lokasi yang telah ditentukan agar jelas targetnya, dan di mana saja rumahnya.
“Ini penekanan, sesuai dengan arahan bapak Presiden untuk percepatan penanganan stunting. Di Batang, saya awal dulu 25 persen sekarang tinggal 15,67 persen,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Supriyono menyebutkan, saat ini jumlah PLKB tingkat desa ada 250 orang. Sedangkan tingkat kabupaten ada 68 orang. Mereka siap menjadi pendamping atau satgas percepatan penurunan angka stunting.
“Petugas satgas stunting yaitu melakukan pencegahan dengan membantu ibu hamil, remaja calon pengantin, ibu melahirkan, dan ibu yang memiliki bayi usia dua tahun (Baduta),” kata Supriono.
Mereka akan dipantau oleh satgas stunting, untuk mendeteksi gejala-gejala anak, dan bayi baru lahir stunting. Perlu diketahui, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Batang jumlah penderita stunting mengalami tren penurunan dari 16,72 persen di tahun 2020, menjadi 15,67 persen per Februari 2021.
Namun rasio penderita gizi buruk pada bayi di bawah usia 2 tahun (Baduta) masih cukup tinggi, yakni mencapai 8 ribu anak dari 50 Baduta yang sudah diketahui melalui penimbangan berat badan. (yan/ida)