RADARSEMARANG.COM, Batang – Bupati perintahkan direksi kawasan industri terpadu (KIT) Batang segera atasi banjir Celong.
Di antaranya menyelesaikan pembuatan saluran air di bawah rel kereta. Sehingga air tidak membanjiri underpass dan pemukiman warga.
“Kalau saya lihat ini sudah PSN (proyek skala nasional), jadi ngapain izin-izin. Yang penting koordinasi dengan PT KAI. Ini kan darurat juga,” tegas Bupati Batang Wihaji Selasa (5/10/2021).
Menurutnya, box crossing tersebut perlu segera dikerjakan. Mengingat mulai musim penghujan. Banjir bercampur lumpur sendiri telah terjadi sebanyak lima kali.
Terakhir, banjir imbas pengalihan lahan perkebunan karet dan tebu untuk industri itu terjadi Selasa (28/9/2021) dini hari.
Sekitar 200 rumah warga terkena dampak banjir lumpur tersebut. Underpass di bawah rel kereta yang menjadi akses utama pun tak bisa dilewati. Tergenang hingga bagian atas terowongan.
“Sudah kami perintahkan keras, pokoknya tolong diselesaikan masalah tersebut, agar tidak terulang. Lebih cepat lebih baik,” cetusnya.
Selain itu, menurut Wihaji, perlu penambahan kolam retensi. Kolam yang ada saat ini dianggap tidak bisa menampung curah hujan yang tinggi.
“Tentu yang paling darurat adalah kolam retensinya. Atau kemarin ada yang jebol bendungannya bisa diperkuat lagi,” ucapnya.
Kepala Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan (Bapelitbang) Kabupaten Batang, Ari Yudianto mengatakan, banjir lumpur yang menerjang permukiman padat penduduk itu, terjadi karena hilangnya ribuan pohon.
“Lahan hijau hampir tidak ada, pohon ditebang semua. Sehingga air lari dan tidak bisa terserap. Di satu sisi, penanganan yang direncanakan pihak KIT belum bisa berjalan maksimal, seperti kolam retensi maupun drainase,” kata Ari.
Berdasarkan pantauan RADARSEMARANG.COM, terjadi sedimentasi saluran drainase kawasan KIT Batang. Tanah merah menutup hingga sebagian kapasitasnya.
Baik drainase yang terbuka maupun tertutup. Ari juga berharap KIT Batang mempercepat proses pembuatan drainase dan pengaktifan kolam retensi yang ada.
“KITB sudah menyiapkan kolam retensi. Namun demikian, volume kolam retensi itu ternyata terlalu kecil. Di samping itu, juga belum ada bukaan (saluran, Red) yang melintas di bawah jalur rel kereta api, karena hingga kini izin dari Dirjen KA belum juga turun,” ucapnya.
Kolam retensi tersebut memiliki dimensi 50×50 meter, dengan kedalaman tiga meter dan daya tampung 8,47 meter kubik. Ia menilai, kolam itu perlu diperbesar dua hingga tiga kali lipat. Ukuran yang terlalu kecil berimbas banjir lumpur yang terjadi berulang kali itu.
Berdasarkan laporan, sudah ada sekitar 30 kapal yang biasa bersandar di Celong untuk proses bongkar muat ikan. Kini justru lari ke Pekalongan.
“Hal ini disebabkan adanya pendangkalan akibat material lumpur yang terbawa hingga ke pantai, sehingga kapal kapal enggan bersandar,” jelasnya. (yan/zal)