RADARSEMARANG.COM, Batang – Malam 1 Suro 1955, Pemkab Batang gelar penjamasan pusaka Tombak Abirawa. Acara digelar secara sederhana tanpa kirab dan kehadiran masyarakat umum di pendopo kabupaten Senin (9/8/2021) malam.
Masyarakat menyaksikan kegiatan itu melalui tayangan streaming. Usai penjamasan, agenda dilanjutkan dengan pergelaran wayang kulit dengan dalang cilik.
Bertepatan dengan 1 Muharram 1433 Hijriyah, penjamasan itu dilakukan pada 70 pusaka peninggalan leluhur. Terdiri dari 55 tombak, 14 keris, dan 1 ligan pedang. Penjamasan dilakukan bergantian sejak siang. Sementara malam harinya hanya dilakukan penjamasan untuk pusaka Kyai Tombak Abirawa.
“Ini tradisi yang baik ini tetap dilaksanakan, tapi karena masih pandemi, maka tidak ada penonton tatap muka, melainkan digelar secara virtual,” kata Bupati Batang Wihaji usai mengikuti serangkaian acara penjamasan pusaka Senin (9/8/2021) malam.
Hujan deras yang mengguyur sejak awal mulai kegiatan tak menghilangkan kesakralan acara penjamasan. Pusaka Kyai Tombak Abirawa yang menjadi ikon kabupaten merupakan pusaka dari pendiri Kabupaten Batang, Raden Sayid Nurrochman.
Usai penjamasan, agenda dilanjutkan dengan pergelaran wayang kulit. Tahun ini pentas wayang kulit kembali diadakan, setelah tahun sebelumnya ditiadakan saat situasi pandemi. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Batang Achmad Taufiq menjelaskan, dalang cilik Ki Huda Erlangga, 10, tampil sebagai pembuka dengan membawakan lakon Dursasana Gugur.
Ki Huda pentas selama 45 menit. Ia tampil percaya diri dengan suara khas anak-anak yang masih cadel. Wayang kulit di tangannya ditampilkan secara atraktif. Tangan mungilnya luwes memutar-mutar wayang. Tamu undangan pun terpana dan menyimak lakon yang diceritakan. (yan/ton)