26 C
Semarang
Saturday, 19 April 2025

Dipijat Tunanetra, Bayar Pakai Bedah Rumah

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Batang – Usai dipijat tunanetra, Bupati Batang Wihaji bayar pakai bedah rumah. Penyandang tunanetra yang beruntung itu adalah Suroso, 52, warga Desa Banaran, Kecamatan Banyuputih. Hal itu didapatkannya usai 30 menit memijat orang nomor satu di Kabupaten Batang.

Selasa (22/6/2021) kemarin, Wihaji berkunjung ke rumahnya dalam agenda tilik warga. Ia berbincang dengan pasangan tunanetra Suroso dan Sasriyah, 51. Meraka berprofesi sebagai tukang pijat sejak dua tahun lalu. Sebelum pulang kampung, keduanya melakukan pekerjaan serupa di DKI Jakarta.

Wihaji menganggap tukang pijat saat ini sangat terdampak pandemi. Masyarakat takut menggunakan jasa itu, karena khawatir akan protokol kesehatannya. Sehingga pendapatan sangat berkurang. Sembari mendengarkan keluh kesah, Wihaji mencoba jasa pijat Suroso. Usai dipijat kurang lebih 30 menit, Wihaji menjanjikan bedah rumah.

Selain itu, ia juga memberikan bantuan uang tunai Rp 2 juta untuk membantu perekonomian pasangan tunanetra tersebut. “Kami cek saja, Alhamdulilah enak pijatannya,” ucapnya usai kunjungan tilik warga.

Dari kecil keduanya tidak bisa melihat. Mereka bertemu di Jakarta saat mengikuti pelatihan memijat. Hingga akhirnya berjodoh dan menikah. Melihat kondisi fisik dan ekonomi, Wihaji menganggap penting untuk diperhatikan pemerintah daerah, dan memutuskan untuk membangun rumahnya.

Bedah rumah dilakukan tidak menggunakan anggaran pemerintah daerah. Melainkan iuran dari para pimpinan OPD yang telah dikumpulkan pada hari ulang tahun Kabupaten Batang. Rumah kayu Suroso akan sedikit diperbaiki. Seperti di bagian dinding, dua kamar tidur dan satu kamar pijat, kamar mandi, hingga memberikan perabot seperti kasur.

“Pengerjaannya dilakukan dengan kerja bakti. Kami atur waktunya nanti, yang jelas sehari jadi. Kamarnya juga kita perbaiki sehingga dipakai untuk pijat jadi lebih lancar,” terangnya.

Sementara itu, Suroso menjelaskan jika pengguna jasanya tidak tentu jumlahnya. Satau bulan terkadang hanya ada 17 orang. Penghasilannya juga tidak menentu, karena tidak mematok harga. “Kadang ada yang ngasih Rp 20 ribu, paling banyak Rp 50 ribu,” ucap Suroso.

Dalam kegiatan tilik warga hari itu, Wihaji mengunjungi tiga rumah warga. Selain rumah Suroso, dua lansia yang kekurangan ekonomi juga dikunjungi. Mereka diberi bantuan sesuai kebutuhan. (yan/zal)

 

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya