RADARSEMARANG.COM, Batang – Jembatan Kali Petung di Desa Satriyan, Kecamatan Tersono patah Sabtu (27/2/2021). Fondasinya amblas tergerus derasnya aliran air sejak beberapa hari lalu. Kejadian itu memutus akses dari Desa Satriyan menuju Kecamatan Limpung.
Jembatan tersebut sering dilalui masyarakat antarkecamatan. Yaitu, Tersono, Gringsing, Banyuputih, dan Limpung. Kini, warga harus memutar sejauh 8 kilometer. Patahnya jembatan kali pertama diketahui oleh karyawan pabrik yang hendak pulang kerja pada pagi hari. Begitu juga dengan para pedagang yang hendak ke arah Pasar Limpung.
Sebelumnya, Pemerintah Desa Satriyan maupun masyarakat yang sering melintas sudah melihat tanda-tanda jembatan mulai tidak aman. Kejadiannya bermula saat tingginya debit air di Kali Petung. Permukaan air semula sangat dalam. Namun saat hujan deras turun berhari-hari, permukaan sungai sampai menyentuh area persawahan di atasnya.
Bantaran sepanjang sungai pun ikut tergerus. Area persawahan warga ikut terkena imbas longsor ke dalam sungai. Berlangsung berhari-hari, tingginya debit air berhasil mengikis talut serta fondasi pancang jembatan. Fondasi pun amblas, sementara jembatan dengan panjang 32 meter itu ikut patah. Kejadiannya sekitar pukul 03.30.
“Putusnya jembatan membuat masyarakat harus memutar lewat Desa Timbang atau lewat jalan Pantura untuk ke Limpung,” ujar Kepala Desa Satriyan Rokhmadi kepada RADARSEMARANG.COM.
Tiang pancang terlihat masih utuh, tapi amblas sekitar 3 meter. Amblasnya tiang pancang mengakibatkan jembatan bagian timur patah dan jatuh di kedalaman 10 meter.
Rokhmadi menjelaskan, jembatan tersebut dahulunya terbuat dari bambu. Karena menjadi akses vital, jembatan dibuat permanen pada 1998. Panjangnya 32 meter dengan lebar 4,5 meter. Putusnya Jembatan Kali Petung juga berimbas pada petani. Pipa irigasi yang menempel di jembatan ikut putus.
“Saya berharap, jika memungkinkan segera dibangun lagi atau setidaknya dibuatkan jembatan darurat agar kegiatan perekonomian masyarakat tidak terganggu,” timpal Camat Tersono Bambang Urip Widigdo.
Sementara itu, Bupati Batang Wihaji meninjau jembatan tersebut pada Minggu (28/2/2021). Pihaknya akan mengusahakan pembuatan jembatan darurat. Sementara untuk pengerjaan secara permanen memerlukan kajian lebih lanjut.
Menurutnya, pembuatan jembatan darurat terkendala panjangnya jembatan yang terputus. Fondasi juga sudah amblas tergerus air. Wihaji bersama jajarannya mencoba turun ke bawah jembatan. Mereka mencoba memastikan kedalaman sungai. “Kemungkinan dibuatkan jembatan sementara berupa jembatan gantung. Tapi mobil tidak bisa lewat. Itu yang realistis,” tandasnya.
Kepala PUPR Kabupaten Batang Nursito berjanji akan segera membuat kajian. Nantinya dijadikan sebagai dasar pembangunan jembatan. “Meskipun dinilai vital, tapi jembatan Kali Petung ini adalah milik desa, sehingga ada mekanisme tersendiri. Untuk sementara PUPR akan membuat jembatan darurat dahulu, minimal sepeda motor bisa lewat,” jelasnya.
Kabid Jembatan dan Jalan PUPR Batang Hendro Suryono menambahkan, estimasi awal biaya pembangunan jembatan sekitar Rp 7,5 miliar untuk bentangan 32 meter. “Tapi melihat kontur tanah dan kondisi terkini, bentang jembatan bisa sampai 40-50 meter dengan biaya di atas Rp 10 miliar,” terangnya. (yan/ton)