RADARSEMARANG.COM, Batang – Jembatan penghubung Desa Simbangjati dengan Simbangdesa, Kecamatan Tulis akhirnya mendapat anggaran perbaikan. Pemkab mengalokasikan Rp 2 miliar pada tahun ini. Sejak dibangun 30 tahun lalu, jembatan itu tidak pernah tersentuh pembangunan.
Kondisinya saat ini sudah rusak parah. Aspal sudah bolong-bolong. Aliran sungai yang deras terlihat mengerikan dari lubang jembatan. Warga menambal seadanya dengan bongkahan kayu dan triplek. Ada pula yang ditambal dengan batang pisang. Panjang jembatan 60 meter, sementara lebar 4 meter.
Jembatan itu sudah tidak bisa dilewati mobil, hanya sepeda motor yang tetap lalu lalang. Warga tetap nekat melintasinya, ketimbang memutar lebih jauh. Sisa aspal di jembatan dan kayu-kayu yang disusun bergetar saat dilewati.
“Ini jembatan utama, sudah banyak yang jatuh. Ada juga yang sampai tercebur. Sering juga terpeleset kalau musim hujan karena licin. Rusaknya sudah 10 tahun lebih,” ujar Rahmi, 36, warga setempat.
Jembatan itu sempat dijuluki wisata uji nyali dan viral di sosial media. Mengetahui hal tersebut, Bupati Batang Wihaji meninjau langsung kondisi jembatan tersebut. Sesampainya di lokasi ia memastikan akan dibangun tahun ini.
“Memang jembatan ini sudah lama umurnya kira-kira 30 tahun dan belum pernah diperbaiki. Untuk itu saya pastikan pada warga Desa Simbangjati dan Simbangdesa tahun ini pasti saya bangun,” kata Wihaji saat meninjau Jembatan Penghubung Desa Simbangjati dan Simbangdesa Kamis (28/1/2021).
Pada Februari mendatang proses lelang akan dimulai. Selanjutnya pada Maret bisa dikerjakan. Ia berharap jembatan sudah selesai diperbaiki pada Agustus.
Wihaji pun menyampaikan permintaan maaf pada masyarakat. Sudah bertahun-tahun jembatan itu dikeluhkan warga, namun baru akan terealisasi di 2021. Pemkab tetap mengalokasikan anggaran perbaikan walaupun status jembatan berada di kewenangan desa. Ia menilai keuangan desa tidak akan mampu mencukupi anggaran pembangunannya.
Kabid Jalan Jembatan DPUPR Kabupaten Batang Endro Suryono menerangkan, jembatan dengan konstruksi besi itu akan dikerjakan dengan konstruksi permanen. Panjang dan lebar jembatan tetap sama. Sementara pengaspalan dilakukan dengan ketebalan 20 sentimeter. “Setelah jembatan jadi, asetnya akan dihibahkan ke desa, dengan begitu pemilaharaanya kembali ke desa,” tandasnya. (yan/ton)