RADARSEMARANG.COM, Batang – Pembelajaran tatap muka siswa SD di Kabupaten Batang berlangsung sejak 3 Agustus 2020. Kegiatan homeschooling yang sebelumnya dilakukan ditiadakan, terutama di zona merah. Sekolah diharuskan melakukan pembelajaran daring.
Penyebaran Covid di Kabupaten Batang terus meluas. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Batang Achmad Taufiq menyebutkan, yang sebelumnya zona hijau sekarang menjadi merah. Seperti di Kelurahan Pasekaran, Kecamatan Batang, SDN Pasekaran 1, SDN Pasekaran 2 dan SMP 4 Batang akhirnya ditutup kemarin. Pembelajaran dialihkan daring. Selain itu, sekolah di Desa Surodadi dan Gringsing di Kecamatan Gringsing juga ditutup. Serta sekolah lain di zona merah sesuai data Dinas Kesehatan.
“Sekolah yang masuk zona merah betul-betul dilakukan pembelajaran jarak jauh, homeschooling atau home visit tidak kita lakukan,” ucapnya pada RADARSEMARANG.COM, Selasa (11/8).
Ia juga menjelaskan beberapa sekolah yang sudah menjadi zona hijau diperbolehkan tatap muka. Seperti Desa Pandansari, Sidoarjo dan Warungasem. Aturan tatap muka tersebut dirancang untuk memenuhi keinginan masyarakat. Namun tetap menjaga keamanan semua pihak.
“Bagi mereka yang sedang melaksanakan tatap muka protokol kesehatan selalu kami tekankan, tidak boleh diabaikan tapi harus tetap diketati. Kerja sama antara wali murid dan pihak sekolah sudah benar-benar bersinergi kan untuk melaksanakan protokol kesehatan,” imbuhnya.
Sementara itu, beberapa kalangan mempermasalahkan adanya aktivitas pembelajaran tersebut. Kegiatan tersebut dirasa perlu dilakukan evaluasi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Mukhlasin pun merasa keberatan terhadap aktivitas belajar luring. “Pelajar SD belum nalar tentang bahayanya penularan Covid-19. Pembelajaran tatap muka untuk anak-anak SD sebenarnya saya keberatan,” ucapnya.
Pihaknya menjelaskan adanya undang-undang perlindungan anak yang harus mendapatkan perhatian. Walaupun ada surat pernyataan orang tua, menyetujui adanya pembelajaran luring yang wajib patuh terhadap protokol kesehatan.
Orang tua siswa yang mengantar jemput dianggapnya punya kebiasaan ngumpul dan ngerumpi. Ada risiko penularan di sana. “Saya tidak setuju kalau anak-anak untuk pembelajaran tatap muka kasihan mereka. Saya kira lebih baik belajar di rumah secara online, orang tuanya bisa mendidik anaknya sendiri,” jelasnya. (yan/lis/bas)