RADARSEMARANG.COM, BATANG – Memasuki musim penghujan, warga Desa Kebondalem Kecamatan Gringsing justru alami kekurangan air. Peristiwa unik itu terjadi di RT 05 RW 03. Setelah diguyur hujan lebat sejak hari Minggu (12/1) kemarin, satu-persatu sumur warga di sana malah mengering.
Sunariyah, salah satu warga menunjukkan sumur miliknya yang kering tanpa air setetespun. Pihaknya sampai mengupah penggali untuk memperdalam sumur miliknya. Setelah digali 2 meter air di sumur tetap tidak keluar.
Guna memenuhi keperluan air sehari-hari, minum dan memasak, Sunariyah memintanya ke tetangga yang agak jauh. Sedangkan untuk mandi dia sekeluarga terpaksa harus mandi di sungai.
Hal serupa juga dialami mbah Parti. Ia terpaksa mengambil air dari sumur cucunya di lain dukuh menggunakan galon.
Data dari desa menyebutkan ada sebanyak 15 sumur warga yang kering total dari 50 rumah. Kemungkinan kejadian tersebut masih akan bertambah. Laporan dari beberapa warga, menyebutkan bahwa air di sumurnya perlahan menyusut.
Kades Kebondalem Maridi kebingungan dengan fenomena tersebut. Kejadian itu belum pernah terjadi sebelumnya, air mengering di saat musim penghujan. “Kami sudah koordinasi dengan pihak Kecamatan untuk mencari solusi”, kata Maridi pada RADARSEMARANG.COM, Rabu (22/1).
Menurutnya, air yang biasanya mudah diambil sekarang lebih sulit diambul karena dangkalnya permukaan. Pompa air warga tidak lagi mampu menyedot karena air juga bercampur lumpur. Kedalaman sumur warga tersebut berkisar antara 10 sampai 13 meter.
Camat Gringsing Rusmanto mengatakan, pihaknya sudah mengutus Trantib untuk mendata warga terdampak. “Kami sudah konsultasi dengan Pemkab Batang dan selanjutnya membuat surat kepada perwakilan ESDM di Pekalongan yang punya wewenang. Jika keadaan sudah mendesak kami akan koordinasi dengan Desa untuk dropping air bersih dari PDAM sesuai kebutuhan,” kata Rusmanto.
Ia menambahkan, di Desa Kebondalem sebenarnya sudah ada layanan PDAM. Namun pipa belum mampu menjangkau warga dengan lokasi yang cukup jauh. Warga di lokasi yang kekeringan mayoritas bekerja sebagai buruh tani. Warga tersebut memiliki kendala biaya untuk pemasangan instalasi PDAM tersebut. (yan/ap)