RADARSEMARANG.COM, Batang – Tanggal 29 November ini diperingati sebagai Hari Korp Pegawai Republik Indonesia (KORPRI). Peringatan HUT ke-48 KORPRI tahun ini mengambil tema “KORPRI : Berkarya Melayani dan Menyatukan Bangsa” dengan harapan para anggota KORPRI tetap bersemangat dalam bekerja melayani kepentingan publik dan mewujudkan fungsinya sebagai perekat persatuan bangsa. Berikut ini sejumlah anggota KORPRI yang memiliki kiprah luar biasa di bidang masing-masing.
MEMILIKI tubuh tidak sempurna tidak menyurutkan sosok guru teladan Muhammad Hikmat menyerah dalam hidupnya, karena dia menyadari perjuangannya dimulai sejak dia dilahirkan di dunia ini.
“Saya memang dilahirkan dengan kondisi seperti ini (kedua kaki tidak sempurna, Red). Saat saya masih kecil sampai usia SD, saya tidak menyadari kekurangan saya. Namun beranjak remaja baru saya menyadari setelah saya bertemu dengan banyak orang yang lebih luas,” katanya saat ditemui RADARSEMARANG.COM di tempatnya mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kabupaten Batang Jalan Pemuda No 10, Kalisalak Asri, Kauman, Batang.
Hikmat mengaku, saat SD menimba ilmu di sekolah umum bersama teman-temannya yang bertubuh normal. Pun saat saat menginjak usia SMP. Bedanya , ia bersekolah di SMP Negeri 1 Sukabumi yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya. “Jaraknya 8 km, saya harus naik angkutan umum,” kenang pria 26 tahun ini.
Saat itu, ia mulai merasakan ada yang kurang dari tubuhnya. Ia sempat merasa minder dan malu. Maklum, meski pertumbuhan badannya normal. Namun kedua kakinya tidak tumbuh sempurna. “Saya sempat merasa malu. Tapi, lama-lama saya sadar. Itu dosa. Karena tidak mensyukuri dengan apa yang telah diberikan Allah SWT,” ucapnya.
Hikmat pun bangkit. Ia tak patah semangat. Prinsipnya ingin terus berjuang menghadapi hidup. Ia tak mau terus menyesali hidup. Semua rasa malu, minder dibuang jauh-jauh. Semua mampu ia atasi. Termasuk untuk aktivitas sehari-hari, ia tak kesulitan dalam mobilitas. Ia gunakan papan seluncur atau skateboard dalam beraktivitas.
“Saya pakai skateboard setelah melihat sepupu saya bermain alat ini. Ketika saya coba, ternyata enak dan bisa membantu kondisi saya yang seperti ini. Sejak itu hingga sekarang, saya selalu pakai skateboard ini,” ungkapnya.
Ia mengaku sudah berganti tujuh papan skateboard. Sedangkan untuk kaos tangan yang dipakai penopang keseimbangan, sudah tidak terhitung berapa kali ganti. “Kalau kaos tangan saya tidak ingat,” katanya.
Hikmat menjadi pendidik karena sejak SMA ingin menjadi guru. Dia ingin berbagi ilmu kepada orang lain. Anak keempat pasangan Rahmat Ali, 65, dan Umaisi, 62, ini sejak kecil tinggal di Kampung Cicau RT 3 RW 5 Desa Selaawi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Walaupun memiliki keterbatasan, dia sekolah di tempat normal. Yakni, di SD Negeri Selaawi, SMP Negeri 1 Sukabumi, dan SMA Negeri Sukabumi.
“Saat saya SMA, sempat dapat hadiah motor ATV dari Pak Bupati. Karena saya berani di sekolah umum, dan agar saya tambah semangat belajar,” ungkapnya.
Setelah lulus pada 2012, Hikmat mengajar di SLB Ajiterep Cimahi sebagai guru seni musik. Juga sempat di SLB Adzkia, SLB Budi Nurani, dan SLB Bakti Pertiwi. Dia sempat berhenti mengajar, dan menjadi tenaga lepas disabilitas di kantor BPJS. Saat itu, ia nyambi menjadi sopir Grab. ” Saat saya jadi sopir sempat heboh, karena ndak punya kaki bisa kok nyetir,” kenangnya sambil tersenyum.
Saat itu, ia memakai mobil jenis matic, yang dimodifikasi di bagian gas dan rem. “Saya jadi sopir Grab tidak lama,”katanya.
Hikmat beruntung akhirnya lolos dalam tes penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) program khusus disabilitas di Jawa Tengah. Alumnus Universitas Islam Nusantara Bandung 2017 jurusan Pendidikan Luar Biasa ini pun akhirnya mengabdi sebagi guru tuna daksa di SLB Kabupaten Batang. SK PNS diserahkan langsung oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Semarang.
“Saat penyerahan SK, Pak Ganjar sempat pesan agar bisa bekerja dengan menjaga integritas, nama baik, tidak korupsi, dan jujur agar mendapat keberkahan,” ujarnya. (lutfi hanafi/aro)