RADARSEMARANG.COM, BATANG – Ratusan Budayawan, pejabat dan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pelajar di Pemerintah Kabupaten Batang, menggelar ritual jamas pusaka utama, Tombak Abirawa. Sebagai bentuk pelestarian budaya Jawa, yang digelar tepat pada malam satu Suro, yang bertepatan pula dengan awal bulan Muharram atau Tahun Baru Islam 2019, Sabtu malam (31/8).
Sebelum penjamasan, Tombak Abirawa bersama tombak kebesaran lain, yang terdiri dari 7 pusaka utama dan puluhan keris, dikirab sejauh 3 km mengelilingi Pendopo Kabupaten Batang, dengan rute Jalan Kartini – Jalan Brigjen Katamso – Jalan Brigjen Katamso, Jalan Kh Ahmad Dahlan – Jalan Ahmad Yani dan kembali ke pendopo pemkab.
Bupati Batang Wihaji yang memimpin jalanya ritual mengatakan, kegiatan penjamasan pusaka merupakan nguri-uri tradisi Jawa agar tetap lestari, serta memperkenalkan pusaka yang dimiliki pemkab kepada masyarakat.
“Penjamasan merupakan budaya Jawa yang harus dilestarikan, bukan syirik tapi untuk mempromosikan khasanah wisata budaya yang ada di Batang,” jelasnya.
Ia juga mengatakan kirab budaya ini merupakan kampaye terhadap budaya yang dikemas menarik yang masuk dalam kalender wisata Kabupaten Batang. Setiap tahun kirab penjamasan selalu menarik wisatawan. “Tombak Abirawa merupakan pusaka kebesaran pada zamanya, mampu mengatasi segala permasalahan dalam mbabat Kabupaten Bayang,” terang Wihaji.
Di ceritakan Wihaji bahwa pusaka tersebut asal usulnya dari Kabupaten Lamongan Jawa Timur, tombak ini merupakan peninggalan pendiri Kabupaten Batang yaitu, Kanjeng Sunan Raden Sayid Nur Rochma.
“Kirab ini memiliki filosofi agar generasi penerus tetap memperjuangkan Kabupaten menjadi lebih sejahtera, tetap melayani masyaratkanya dengan Ikhlas dan prima,” jelas Wihaji.
Prosesi upacara kirab pusak dan ritual penjamasan dipimpin oleh Bupati Wihaji yang dihadiri oleh Wakapolres Kompol R Hartono, Kasdim 0736 Batang Mayor Inf. Raji serta kepala OPD. (han/zal)