RADARSEMARANG.COM, Banyumas – Jaja Priono, 24, seorang buruh harian lepas. Hanya ketulusan cinta yang dibawanya sebagai modal menikahi wanita pujaannya. Bukan gadis bukan perawan.
Cinta jejaka asal Desa Sawangan Wetan, Patikraja ini justru tertambat pada Dakem. Janda asal Gununglurah bercucu dua yang usianya terpaut 29 tahun lebih tua.
Kesederhanaan tampak jelas dari pernikahan Jaja Priono dan Dakem di KUA Cilongok, Jumat (15/10/2021) pagi. Tidak banyak penghantar sesuai prokes pernikahan di masa pandemi. Ditemani 1 saksi dan 1 wali, pernikahan lintas generasi ini berjalan lancar dan khidmat.
Anak semata wayang Dakem, Siti Rohayati, 32, mengisahkan ibunya kini menjanda setelah ditinggal ayah kandungnya sejak kurang lebih 5 tahun lalu. Dua kali ditinggal pergi sang ayah, ibunya tetap tegar dan kuat bekerja ke luar Banyumas tanpa ingin mengandalkan belas kasihan keluarga.
“Ayah sudah pernah pergi pulang lagi. Kami bisa menerimanya. Namun sekarang tidak kembali lagi. Sudah sekitar 5 tahunan. Tidak tahu kabarnya bagaimana,” kata Siti ketika ditemui Radar Banyumas, Jumat (15/10/2021).
Siti Rohayati mengaku tidak mempermasalahkan jika suami ibu kandungnya saat ini usianya jauh lebih muda dari sang ibu bahkan dirinya. Baginya yang terpenting, ibunya merasa bahagia dengan pasangan barunya siapapun orangnya.
Sebagai anak dia mendukung apapun pilihan ibunya pasca cerai hidup dengan sang bapak. “Yang penting ibu bisa bahagia. Seandainya bapak pulang sekarang ibu sudah ada yang punya,” ungkap dia.
Siti mengungkapkan awal perkenalan ibunya dengan suami “brondongnya” yaitu saat sama-sama bekerja di Tanggerang. Dari keluarga sudah banyak memberi masukan agar tidak ada penyesalan di kemudian hari dari bapak mudanya itu.
Namun kasih sayang suami baru ibunya ternyata benar-benar tulus. “Setelah menikah kemungkinan kembali ke Tanggerang. Sekalian bulan madulah,” terang dia.
Penghulu yang menikahkan Jaja Priono dan Dakem di KUA Cilongok pada Jumat (15/10/2021) pagi, Tohiron memuji ketulusan catin laki-laki. Setelah dinikahkan sah secara agama dan tercatat oleh negara, usai ijab kabul catin laki-laki sempat menangis haru.
Entah karena terlalu bahagia atau apa, pernikahan berjalan lancar tanpa halangan. Dari pihak kecamatan pun kini sudah agak “longgar” terkait rekomemdasi nikah di luar KUA. “Rekor pernikahan di Cilongok. Dulu pernah ada di Panusupan dengan beda usia 23 tahun. Ini sampai 29 tahun,” pungkasnya. (Radar Banyumas/bas)