RADARSEMARANG.COM, Semarang – Akibat cuaca ekstrem dan gelombang tinggi sejak Januari hingga Februari 2023, telah terjadi 17 kejadian dengan 13 orang meninggal. Dari jumlah kejadian tersebut, hingga kini masih dua orang korban belum ditemukan.
Jumlah tersebut berdasarkan catatan Polairud Polda Jateng. Beberapa kejadian di antaranya, ada kapal kandas, klarat, terbalik. Para nelayan harus lebih berhati-hati dan waspada serta tidak mengabaikan cuaca. Dan tetap harus mengikuti informasi dari BMKG saat akan berlayar.
Meski begitu, yang kasus tersebut yang terbanyak meninggal justru karena sakit di atas kapal. Sedangkan sepanjang tahun 2022, ABK meninggal di atas kapal sebanyak 54 orang. Hal itu akibat cuaca ekstrem yang melanda perairan saat mencari ikan.
“Setiap BMKG menginformasikan masalah cuaca ekstrem, gelombang tinggi, nelayan wajib melakukan langkah antisipasi. Jika membahayakan, untuk sementara jangan melaut dulu,” pesan Dirpolairud Polda Jateng Kombes Pol Hariadi kepada RADARSEMARANG.COM, Sabtu (4/3) kemarin.
Polda Jateng, katanya, kini telah memiliki progam Ikan Selayar. Salah satunya memberikan imbauan kepada nelayan supaya berhati-hati dan waspada saat melaut. Selain itu, ada juga program, rembuk nelayan, yang intinya mensosialisasikan keselamatan nelayan.
“Kami kumpulkan para pengusaha, nahkoda, dan kami sosialisasikan masalah keselamatan ABK. Termasuk kami ingatkan masalah jaket pelampung. Karena kami temukan juga, jumlah jaket yang tidak sesuai jumlah ABK. Jadi mereka mengabaikan hal-hal yang prinsip,” jelasnya.
Bahkan berdasarkan data dari 17 kejadian, antaran lain di Dermaga Pelabuhan Perikanan Tegalsari, Tegal Barat Kota Tegal, Jumat (3/2) sekitar pukul 01.45. Adanya kapal penangkap ikan yang bersandar dan membawa satu jenazah anak buah kapal (ABK) yang diduga karena tercebur kelaut dan tenggelam saat berlayar mencari ikan di perairan laut Jawa.