RADARSEMARANG.COM – Prof Dr dr Hardhono Susanto PAK(K) mengakui hampir setiap hari membaca koran sebelum beraktivitas. Kebiasaan itu sudah dilakukan sejak masih duduk SMP. Sebab, orang tuanya berlangganan koran.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip) ini mengakui ada yang kurang ketika tidak membaca koran. Salah satu bacaannya adalah Jawa Pos Radar Semarang.
“Saya sejak SMP dan sampai sekarang terus menjadi pembaca setia koran. Informasi yang disajikan lebih bisa dipertanggungjawabkan dan tidak menyangkut kepentingan suatu golongan,” kata Pria kelahiran 11 Mei 1955.
Meski begitu, saat ini ia menilai berita yang disajikan koran tidak begitu memenuhi kebutuhan informasi masyarakat dan kurang mengena. Contohnya saat ada ada pergantian harga materai dan pos. Media koran tidak memberitakan. “Padahal itu penting bagi masyarakat,” ujarnya.
Perkembangan teknologi turut menyuburkan media online. Tetapi ia masih yakin jika koran akan tetap bertahan. Ia mengakui membaca koran lebih asyik dan informasi yang didapatkan lebih detail.
Saatberkunjung ke luar kota maupun luar negeri, koran menjadi salah satu sumber bacaan yang harus dicari. “Sebagai angkatan tua, saya lebih cocok membaca koran, kalau online kelamaan mencarinya dan menghabiskan waktu,” akunya.
Koran masih bisa bertahan menjadi media informasi bagi masyarakat. Menurutnya hal itu dikarenakan masih banyak yang membutuhkan informasi melalui koran.
Meski diakui sekarang minat baca masyarakat masih sangat rendah. Budaya membaca lebih rendah dibandingkan dengan mendengar dan melihat.
“Kalau untuk menarik anak-anak muda cinta koran ya cari topik yang digemari dan mudah dipahami masyarakat. Bisa seperti wisata, kuliner, sejarah, dan lain-lain,” ucapnya.
Hardhono berharap koran tetap mempertahankan kredibilitasnya. Mampu memberikan berita fakta dan dapat dipercaya. Selain itu, keseimbangan berita juga perlu diperhatikan. “Terus berinovasi dan jangan lupa menyajikan aspek edukasi bagi pembaca,” tambahnya. (mg5/mg6/mg7/fth)