Sendi-sendi NU ada di setiap daerah di Indonesia, baik di Papua, Aceh, Jawa, dan daerah lainnya. Keterlibatan dalam dunia pemerintahan di berbagai tingkatan juga menjadi torehan lain. Dibuktikan dengan banyak kader yang mempunyai jabatan tinggi di pemerintahan.
“Ini menunjukan bahwa dedikasi Nahdlatul Ulama sangat berarti untuk keberlangsungan negara Republik Indonesia ini menjadi Baldatun Toyyibatun Warrobbun Ghofur,” imbuhnya.
Di sisi lain, kata dia, emansipasi perempuan yang diperjuangkan oleh syariat agama Islam juga diteruskan oleh para pendiri NU. Gus Yasin mengaku tantangan ke depan bagi NU adalah merangkul semua umat untuk mengedepankan toleransi, dan menggaet generasi milenial untuk berbudi pekerti baik.
Tokoh lintas agama berserta organisasi masyarakat juga digandeng untuk duduk bersama mencari solusi. Tentu dengan mengedepankan Bhinneka Tunggal Ika.
“Kita sering duduk bersama. Kita harus menyatukan bahwa perbedaan antar agama, perbedaan antar kelompok, itu pasti akan muncul. aAan tetapi karena cita-cita kita sama yaitu membangun peradaban, membangun negara kita, makanya di negara kita ini ada yang namanya Bhineka Tunggal Ika,” tegasnya.
Cara menggaet generasi milenial sebagai penerus bangsa juga sudah dilakukan NU dalam 10 tahun terakhir. Yakni, dengan mengajak pemuda untuk aktif terlibat memberantas narkoba dan tawuran antar geng.
“Mereka sudah kita libatkan semuanya dan dari Nahdlatul Ulama sendiri banyak tokoh-tokoh muda yang saat ini mengisi di organisasi pemerintahan,” katanya. (kap/aro)