RADARSEMARANG.COM, Semarang – Sebanyak 100 kiloliter Bahan Bakar Minyak (BBM) dikirim ke Pulau Karimunjawa, Kamis (5/1) pagi. Pengiriman menggunakan kapal perang KRI Makassar-509 milik TNI AL. Selain BBM, kapal tersebut juga mengangkut genset untuk kebutuhan penerangan di Karimunjawa.
“Kami akan mengirimkan total 100 kiloliter BBM dengan rincian 65 kiloliter Bio Solar, 30 kiloliter Pertalite, dan 5 kiloliter Dexlite. Saat ini, dilakukan loading muatan. Ada truk BBM. Ada logistik dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan ada juga peralatan peralatan dari PLN,” ungkap Area Manager Communication, Relations & Corporate Social Responsibility (CSR) Patraniaga Jawa Bagian Tengah Brasto Galih Nugroho kepada RADARSEMARANG.COM di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Rabu (4/1).
Dikatakan, BBM tersebut dikirim menggunakan 20 tangki milik Pertamina. Masing-masing tangki berkapasitas 5 kiloliter. Pengiriman tersebut untuk memenuhi kebutuhan di Karimunjawa yang sedang mengalami krisis BBM. Saat ini stok yang masih ada di sana tinggal BBM jenis Dexlite.
“Stok untuk Bio Solar dan Pertalite sudah menipis dan sudah masuk dead stock. Artinya, stok masih ada, tapi tidak bisa dijual, sekitar 800 sampai 900 liter. Yang masih tersisa sedikit adalah Dexlite, sekitar 400 liter, itu data kemarin,” bebernya.
Pihaknya menjelaskan, pengiriman reguler BBM ke Karimunjawa menggunakan SPOB Liang Indah yang biasanya untuk memenuhi kebutuhan di Kaimunjawa selama 10 hari hingga dua minggu, dengan jumlah sebanyak 90 kiloliter. Jumlah tersebut hampir sama dengan rata-rata yang dikirim sekarang ini.
“Biasanya untuk Pertalite rata-rata konsumsi hariannya 1.900 liter. Untuk Bio Solar kondisi normal sekitar 3.700 liter per hari. Kemudian Dexlite dalam kondisi normal 73 liter per hari. Ya, berkisar 10 hari sampai dua minggu ketahanan stok rata-rata seperti itu,” katanya.
Brasto menambahkan, pihak Pertamina telah berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Tengah terkait pengirman BBM tersebut ke Karimunjawa. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo lalu menghubungi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali, dan selanjutnya dibantu dengan KRI Makassar.
“KRI ini memang untuk kebutuhan darurat, karena gelombang tinggi dan cuaca buruk di laut Jawa. Sementara kami juga sudah menyiapkan SPOB atau kapal pengangkut BBM. Kalau kapal pengangkut BBM yang kami punya tidak bisa tahan dengan gelombang saat ini. Jadi, kapal tetap standby akan menyalurkan BBM dari Semarang ke Karimunjawa ketika cuaca sudah membaik,” ujarnya.
Komandan KRI Makassar-590 Mayor Laut (P) Hadi Subandi mengatakan, kapal sudah merapat di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sejak Selasa (3/1) malam.
Kapal berangkat dari pangkalan di Surabaya menuju Semarang dengan perjalanan menembus gelombang mencapai sekitaran tiga meter.
“Kalau dari kita di depan ada alat sistem pemecah ombak, jadi kita masih bisa. Insya’ Allah kami tidak ada kendala. Kurang lebih sampai sana sekitar 10 jam, karena kondisi cuaca tidak menentu. Manifes yang dibawa ada truk tangki, crane, genset dan mungkin ada bantuan dari pemerintah provinsi. Nanti kita embarkasi, kita ikat,” tegasnya.
Kapal tersebut memiliki panjang 122 meter dan lebar 22 meter dengan kapasitas 11 ribu ton. Di bagian atas juga mampu mengangkut tiga helikopter. Selain itu, di dalam kapal juga terdapat peralatan tempur tank.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah Sujarwanto mengatakan, krisis BBM di Karimunjawa sudah terjadi sejak 29 Desember 2022. Menurutnya, krisis yang terjadi di Karimunjawa sebenarnya bukan persoalan pangan, melainkan BBM.
“Hari ini (kemarin) kita mengisi untuk proyeksi BBM selama 15 hari ke depan. Harapannya setelah 15 hari, tangker yang ada di sini bisa berkirim secara reguler,” katanya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, bantuan kapal perang tersebut sangat membantu pengiriman pasokan BBM di remote area yang terkendala cuaca dan gelombang tinggi. Seperti halnya Pertamina yang armada pengangkutnya tidak bisa berlayar, karena gelombang tinggi. Dengan bantuan kapal perang, pasokan BBM bisa segera dikirim.
“Jadi, ini bagian dari cara kita menyelesaikan di remote area dengan kondisi cuaca yang seperti ini,” ujarnya. (mha/aro)