25.9 C
Semarang
Saturday, 23 August 2025

Tangani Kemiskinan dengan Kearifan Lokal

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Pemkab Pekalongan punya jurus jitu dalam menangani kemiskinan. Nama programnya yakni Laboratorium Kemiskinan. Inovasi penanganan kemiskinan dengan kearifan lokal ini masuk 15 finalis kategori khusus terbaik dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP).

Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto merupakan satu dari lima desa yang sudah menerapkan Laboratorium Kemiskinan. Kepala Desa Jeruksari Budi Harto mengapresiasi hadirnya Laboratorium Kemiskinan. Meski, kata dia, pelaksanaan di Jeruksari belum maksimal. “Sudah berjalan, tapi hasilnya belum begitu kelihatan,” kata dia.

Ia menyebut, kegiatan Laboratorium Kemiskinan di Jeruksari di antaranya yakni pembangunan keramba apung, hidroponik, pemeliharaan udang (belum terlaksana) dan pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). “Tapi perlahan ini membantu,” ucapnya.

Menurut Budi, cukup banyak masyarakat miskin di Jeruksari karena tiap tahun terdampak banjir dan rob. Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan banyak mengalami kerugian lantaran budidaya mereka gagal. “Iya, mereka banyak keluar biaya untuk yang semestinya tidak. Tentu ini mengganggu secara ekonomi,” jelasnya.

Ia berharap, Laboratorium Kemiskinan terus dijalankan. Terutama pada sektor-sektor yang riil dibutuhkan masyarakat. “Misalkan soal uji coba alih fungsi lahan, karena dampak banjir dan rob ini benar-benar mengubah fungsi lahan,” tandasnya.

Setahun lalu, Kelompok Tani Berkah Pangestu Lele di Desa Jeruksari mendapatkan paket bantuan budidaya lele. Berupa 20 ribu benih lele, 2.340 kilogram (78 sak) pakan selama pendampingan, dan pembuatan 10 unit kolam berikut perlengkapannya untuk pembibitan sekaligus pembesaran lele. Bantuan dianggarkan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2021 sebesar Rp 68 juta.

Ketua Kelompok Tani Berkah Pangestu Lele, Kasnadi, mengutarakan, sejak 2020, pihaknya telah mampu menghasilkan 40-60 ribu benih lele yang dibagikan untuk seluruh anggotanya, dan dijual kepada petani lain. Bahkan, pembudidayaan lele dalam durasi siklus tiga bulanan mampu menghasilkan lele sebanyak dua sampai tiga ton, dengan pendapatan bruto mencapai Rp30-50 juta.

“Kelompok tani Berkah Pangestu Lele dalam satu tahun terakhir telah menghasilkan panen, yang cukup membantu meningkatkan kesejahteraan anggota dan warga sekitar,” kata Kasnadi.

Bupati Pekalongan  Fadi Arafiq melalui Sekda Yulian Akbar menjelaskan, Laboratorium Kemiskinan merupakan program untuk mengindentifikasi permasalahan kemiskinan. Pemetaannya berdasarkan topografi wilayah Kabupaten Pekalongan yakni pedesaan, perkotaan, dan pesisir. “Pendekatan begini supaya mudah mendapatkan formula yang tepat tiap wilayah. Sebab permasalah di pegunungan tentu beda dengan pesisir,” ucapnya.

Laboratorium Kemiskinan ini direplikasi di lima desa. Lima itu yakni Gembong, Windurojo, Pedawang sebagai desa miskin pegunungan, Kedungwuni Timur di perkotaan, dan Jeruksari di pesisir. Secara total, program ini telah mengurangi beban dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di desa-desa tersebut. “Pendapatan semula Rp 15 ribu, setelah ada program ini meningkat jadi 18 ribu. Itu pada tahap pertama. Pada tahap kedua meningkat menjadi Rp 20 ribu,” ucapnya.

Dalam data yang diperoleh RADARSEMARANG.COM, beberapa indikator mengalami tren positif setelah masuknya program Laboratorium Kemiskinan tahap II. Di antaranya, kepala rumah tangga kurang produktif yang semula ada 417 orang menurun menjadi 219 orang. Anak tidak bersekolah dari 144 anak menjadi 83 anak. “Kami akan konsisten menjalankan Lab Kemiskinan ini bahkan nanti untuk tahun 2023,” kata Akbar. (nra/ton) 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya