RADARSEMARANG.COM, Semarang – Jawa Tengah memiliki sebanyak 103 unit biogas yang tersebar di 24 kabupaten atau kota. Banyak di antaranya memanfaatkan potensi daerah lokal yang ada. Tak terkecuali limbah hasil kegiatan manusia.
Salah satunya warga Ngemplak Kidul, Margoyoso, Kabupaten Pati, berhasil mengubah sampah dari pasar buah menjadi gas hingga pupuk tanaman. Alatnya yang serupa dengan kapal selam disebut bioreaktor kapal selam. Dengan memasukkan sampah buah-buahan ke dalam bioreaktor dapat menghasilkan gas.
Kemudian sisa sampah telah teruji dapat digunakan sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman. Di samping itu, pihak desa juga mengembangkan inovasi smart irrigation system untuk melakukan penyiraman tanaman dengan perintah suara. Proses pengairan menjadi lebih mudah dan hemat air.
“Di Jateng ini banyak sekali potensi alam yang dapat dikonversi jadi energi bersih dan terbarukan, kami akan gali terus itu,” ucap Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jateng Sujarwanto Dwiatmoko kepada RADARSEMARANG.COM.
Sedangkan di Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati, warga Desa Sumur memanfaatkan kotoran sapi untuk digunakan dalam bioreaktor kapal selam. Alat sebesar 200 m3 menampung kotoran ternak sapi sebanyak 30 ekor.
Selain gas, sisa kotoran juga dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman. Semua inovasi dari kepala desa itu didanai oleh BUMDes. Namun beberapa hal masih dalam pengerjaan. Seperti pemasangan filter gas, penambahan jumlah ternak, pelatihan hingga instalasi ke rumah warga.
Lebih lanjut, pihaknya juga menyampaikan soal potensi panas bumi yang dimilki di kawasan Dieng, Wonosobo, dan Sumurgeni, Karanganyar. Dengan Bio Shallow Gas yang dibangun di banyak titik, masyarakat sekitar perlahan dapat meninggalkan elpiji karena telah memiliki hasil gasnya sendiri. “Ini termasuk gampang, karena kita hanya perlu mengebor sekitar 20 meter saja untuk mendapat gas,” jelasnya. (taf/ida)