RADARSEMARANG.COM, Semarang – Jateng memiliki 525 Program Kampung Iklim (Proklim) untuk menekan laju emisi karbon. Jumlah tersebut berhasil menurunkan emisi karbon sebanyak 205 ribu ton CO2e pada 2021. Angka yang cukup fantastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Kasi Bidang 2 Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jateng Tuti Astuti mengatakan, sebanyak 140 kampung proklim terdaftar di KLHK sepanjang 2021. Wilayah paling banyak memiliki kampung proklim yakni Kabupaten Sukoharjo, yakni 51 kampung. Lalu disusul Kabupaten Magelang sejumlah 41 dan Wonosobo 37 kampung.
“Prosesnya di pusat dari verisikasi, validasi, sampai angka penurunan emisi yang dihasilkan itu cukup panjang,” ucapnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Pemerintah pusat menargetkan pada 2024 memiliki 20 ribu kampung proklim di Indonesia. Namun sejauh ini dukungan pendanaan untuk pelaksanaan masih sangat minim. Diakuinya, hampir semua pelaksanaan didanai secara swadaya oleh masyarakat dengan dukungan APBD.
Kampung Proklim mendorong warga sadar lingkungan. Banyak hal dilakukan untuk mencegah banjir, seperti membuat biopori, saluran irigasi, hingga penghijauan. Sebagai ketahanan pangan, masyarakat kampung proklim juga melakukan urban farming di halaman masing-masing.
Tak hanya itu, sampah rumah tangga dipilah dan dikelola dengan bijak. Biasanya mereka mengandalkan bank sampah yang ada untuk hasil pilahan sampah yang dapat bernilai ekonomis. Sedangkan untuk sampah organik diolah menjadi pupuk kompos maupun cair. Hasilnya digunakan sendiri atau diperjualbelikan.
“Kita juga punya tambahan dua kampung proklim lestari tahun lalu. Itu membantu kami untuk mengajak lebih banyak desa mengikuti program ini. Karena sebagai kampung proklim paling tinggi, mereka punya tanggung jawab di situ,” tambahnya.
Menurut Tuti, tantangannya saat ini tak hanya menambah jumlah kampung yang bergabung. Namun juga untuk mempertahankan keberlanjutan kampung proklim yang sudah ada. Dengan begitu penurunan emisi karbon dapat terus meningkat. (taf/ida)