RADARSEMARANG.COM, Semarang – Fita Mariyunani dan Agus Wiyono berkeliling kota memasang 120 kaki palsu untuk para difabel di Jateng. Keduanya juga bekerjasama dengan Dinas Sosial (Dinsos) Jateng, Baznas Kota Semarang, Wali Kota Semarang, beserta dinas, dan donator lainnya.
“Kami mendata dan membantu mereka yang membutuhkan kaki palsu di wilayah Kota Semarang,” jelas Warto, komandan Layanan Aktif Basnas Kota Semarang.
Dalam sebulan, setidaknya Fita mampu membantu 10 difabel fisik untuk dapat berjalan Kembali. Mulai Dari Banyumas, Wonosobo, Karanganyar, Demak, Jepara, semuanya dapat terbantu dengan kaki palsu buatannya.
Pendanaan ditanggung pemerintah dan para donatur. Pasalnya satu kaki palsu termurah bernilai kisaran Rp 3,5 juta. Tak semua orang mampu membeli kaki untuk berjalan kembali.
“Kami pengen bisa membantu mereka jalan lagi dengan kaki palsu yang kami buat,” ujar Fita kepada RADARSEMARANG.COM.
Koran ini mengikuti pemasangan kaki palsu ke salah satu difabel. Rahul Dhofa yang tinggal di Jalan Karanganyar, Gabahan itu terpaksa kehilangan kaki kanannya pada 2019 karena kecelakaan kerja. Selama dua tahun terakhir, ia tak dapat bekerja. Padahal ia memiliki keluarga yang harus dinafkahi.
Untungnya sang istri dapat mengambil peran tulang punggung keluarga. Meski hasil pelayan rumah makan tak seberapa, tapi cukup untuk membeli susu anaknya. Mendengar tawaran RW soal donasi kaki palsu, Rahul sangat bersyukur. Pasalnya hingga kini ia tinggal seatap dengan orang tuanya di rumah berdinding papan. Ayahnya hanya kuli serabutan yang tak meski menggarap proyek. “Ya pokoknya saya pengen bisa kerja lagi,” tandasnya.
Bila dapat berjalan kembali, ia berencana mencari pekerjaan dengan risiko kecelakaan lebih ringan. Kemudian meringankan istrinya menafkahi keluarga.
Agus Wiyono memberikan sehelai kain seperti stocking untuk dipakai di kaki Rahul. Kemudian kakinya dimasukkan ke dalam kerangka kaki palsu. Lalu sabuk direkatkan di pinggul Rahul. Rahul mencoba berdiri dan berjalan. Karena ukuran kaki palsu sedikit kepanjangan, Agus memperbaikinya. “Coba lagi, sampai pas dan sampean nyaman,” katanya sembari mengulurkan kaki yang sudah disesuaikan dengan kaki asli Rahul.
Pasangan suami istri itu sudah menggeluti dunia difabel sejak 2016. Keduanya mengabdikan diri untuk membantu kaum difabel. Rasa empatinya mendorong mereka belajar membuat kaki palsu. Sekarang, keduanya telah menjalin relasi dengan banyak pihak. Pekerjaan sosialnya mulai menarik perhatian para donatur.
Baginya membantu orang difabel dapat berjalan kembali merupakan ladang amal. Ia bersama keluarganya menjadikan hal itu sebagai hobi. Kedua anak laki-lakinya sering dilibatkan dalam kegiatannya. Anak bungsunya bahkan mampu belajar membuat kaki palsu dari ayahnya. (taf/ida)