RADARSEMARANG.COM, Semarang – Alumni Hetero for Startup (HFS) perdana di Jateng sukses memperluas jaringan bisnisnya. Yakni BSFLY yang fokus pada pengelolaan sampah organik. Lalu Komerce yang fokus pada pemberdayaan pemuda desa dan UMKM lokal.
Selama kurang lebih 2 tahun, tim BSFLY menggeluti bisnis kreatif pengelolaan sampah organik menggunakan magot (larva dari jenis lalat besar berwarna hitam yang terlihat seperti tawon).
Tapi usahanya berjalan di lingkup Boyolali saja. Setelah terpilih sebagai finalis dan mengikuti Bootcamp HFS pertama di Jateng, ia lebih dikenal. Jaringan yang diperoleh pun jauh lebih luas. “Kami bantu mitra binaan buat omah limbah di Klaten dan Jogja,” ujar Muhammad Ja’far Khoiruddin, pendiri BSFLY kepada RADARSEMARANG.COM.
Bahkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten menyumbang dana hingga Rp 100 juta karena puas dengan hasil kerja mereka. Startup yang dirintisnya dinilai dapat mengatasi permasalahan sampah yang terjadi di berbagai daerah. Para pengunjung dari luar daerah juga berdatangan untuk menimba ilmu di kantor BSFLY.
Melalui HFS mereka mendapat cukup bekal untuk manajemen dan pengembangan bisnis. Produk olahannya kini lebih lengkap. Mulai dari pupuk padat, pupuk cair, asam amino, magot basah, magot kering, tepung dan minyak magot.
Pihaknya sempat hampir mendapat order dari Singapura. Namun karena kapasitas produksi masih kurang, ia tak menyanggupinya. Selain itu, beberapa investor juga datang melirik bisnisnya dan ingin mendanai. “Dalam seminggu ia mengolah sekitar 8 ton sampah organik. Hasil utamanya berupa 300 kilo magot basah dan 100 kilo magot kering,” imbuhnya.
Tak hanya BSFLY, startup Komerce asal Purbalingga juga merasakan dampak positif. Melalui ajang HSF yang diikuti pada tahun lalu ia dapat memperluas jaringan. HSF membantu Komerce menjalin relasi dengan pelaku UMKM di Jateng. Beberapa kali Komerce juga diundang sebagai pembicara di webinar. “Lebih dari 500 pemuda desa sudah kami berdayakan untuk mengelola e-commerce,” jelas Intan Maulida, partnership officer Komerce.
Sejak awal memang Intan dan timnya tertarik mengikuti event startup pertama di Jateng. Ia mencari ladang pengetahuan untuk mengembangkan usahanya. Lalu memperluas jejaring relasi. Keduanya diperoleh pada event tersebut. “Kami beruntung bisa bertahan selama pandemi Covid-19. Tetap bisa melatih pemuda desa dan membantu UMKM yang bekerja sama dengan kami,” pungkasnya. (taf/ida)