26.4 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Asrama BPSDMD Jateng Jadi Tempat Isolasi Terpusat

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Penyediaan kamar isolasi bagi pasien Covid-19 terus ditambah. Kali ini, Kompleks Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi Jawa Tengah kembali dioptimalkan untuk dijadikan tempat isolasi terpusat. Hal itu mengingat tren peningkatan kasus Covid-19 di Jateng dalam beberapa pekan terakhir cukup tinggi, bahkan di beberapa daerah harus mendapat perhatian khusus karena bed occupancy rate (BOR) yang juga tinggi.

“Ini tempatnya bagus, satu area, jadi kita optimalkan semuanya. Kalau perlu kita cari satu tempat untuk dokter dan perawat yang dekat, kita tata lagi. Jadi, kalau nanti terjadi outbreak kemudian situasi berat karena tren peningkatan sangat eksponensial, kita masukan sini semua,” kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat meninjau tempat isolasi terpusat BPSDMD Jawa Tengah di sela gowes, Kamis (17/6/2021).

Ganjar menjelaskan di BPSDMD Jawa Tengah terdapat empat klaster atau asrama yang digunakan sebagai tempat isolasi terpusat. Meliputi Sumbing yang terdiri atas tiga gedung dengan kapasitas sekitar 170 tempat tidur, dan saat ini sudah terisi penuh. Selanjutnya asrama Muria dengan kapasitas sekitar 62 tempat tidur yang saat ini menyisakan enam tempat tidur. Kemudian asrama Sindoro dengan kapasitas sekitar 220 tempat tidur, dan Merapi sekitar 50 tempat tidur.

“Untuk Sindoro ini sudah dipesan oleh Kabupaten Semarang karena dekat (aksesnya). Bupati sudah kontak, dan saya izinkan agar bisa membantu kawan-kawan di sana. Kita juga masih punya Merapi, sehingga nanti kalau dalam situasi yang membutuhkan, kawan-kawan di sini sudah siap,” jelasnya.

Ganjar menambahkan, BPSDMD dinilai sudah siap untuk menampung pasien Covid-19 untuk isolasi terpusat. Sebab, tempat itu sejak awal kasus Covid-19 muncul di Jawa Tengah memang sudah dipersiapkan. Hanya saja, kali ini Ganjar meminta agar petugas menambah informasi keterisian tempat tidur secara berkala, dan dapat diketahui semua orang.

“Saya juga minta yang diklat sekarang online semuanya. Ini bagian dari kontigensi plan kita terkait isolasi terpusat. Ditambah juga di depan informasi kamar yang terisi berapa agar yang mau masuk sini bisa jelas,” lanjut Ganjar.

Selain menyiapkan tempat isolasi terpusat, Ganjar juga mencari pemenuhan tenaga medis, baik dokter maupun perawat. Selama ini, pemenuhan tenaga medis memang sudah dibantu oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Meski demikian, Ganjar menilai masih diperlukan tambahan sebagai langkah antisipasi jika terjadi outbreak.

“Kami temukan di sini (BPSDMD) ada relawan dari Poltekkes, mereka mahasiswa tingkat akhir. Saya kira ini cara yang baik, dan kalau ini bisa diberikan satu kesempatan kepada mereka mengabdi untuk kemanusiaan, baik juga mereka bisa diterjunkan,” katanya.

Penambahan kamar isolasi juga dilakukan Pemkot Semarang. Balai Diklat di Ketileng siap menampung pasien Covid-19. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kota Semarang telah menyiapkan 38 kamar yang bisa diisi 76 pasien.

Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kota Semarang Litani Satyawati menjelaskan, jika sarana dan prasarana di Balai Diklat sudah dipersiapkan. Selain itu, petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) pun saat ini masih menyiapkan sarana yang diperlukan.”Hari ini (kemarin, Red) sudah kami persiapkan. Sebanyak 38 kamar, satu kamarnya bisa menampung dua pasien. Sehingga total 76 pasien,” katanya, Kamis (17/6/2021).

Namun jika kasus di Kota Semarang kian tinggi, Litani mengaku siap menambah dan membuka lagi ruangan di Balai Diklat. Jumlahnya sama yakni 38 kamar dengan kapasitas dua tempat tidur per kamar.”Belum ada pasien yang masuk, karena masih dipersiapkan agar pasien bisa nyaman. Besok (18/6/2021) InsyaAllah bisa digunakan,” tambahnya.

Menurut dia, pasien yang akan dirawat di Balai Diklat nantinya akan dikategorikan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes). Namun, menurutnya, yang akan diisolasi di tempat ini adalah pasien Covid-19 tanpa gejala alias OTG.”Kalau dengan gejala mungkin di rumah sakit ya, kalau di sana (Balai Diklat, Red) yang tanpa gejala,” bebernya.

Terpisah, Rektor UIN Walisongo Prof Imam Taufiq mengatakan, pihaknya juga tengah menyiapkan gedung Ma’had atau asrama mahasiswa UIN Walisongo di kampus 2. Gedung empat lantai tersebut disiapkan untuk menampung pasien Covid-19.

“Kita masih tunggu konfirmasi dari Pemkot Semarang, intinya kita siap jika harus mengoperasionalkan Gedung Ma’had. Tim juga  sudah berjalan, sudah negosiasi dari kedua belah pihak, baik teknis dan SOP kesehatannya,” tambahnya.

Kapasitas Mahad UIN Walisongo, kata dia, bisa menampung sebanyak 600 mahasiswa. Fasilitas tersebut sebenarnya digunakan untuk mess mahasiswa UIN, namun belum digunakan karena pembelajaran masih dilakukan secara daring.

“Saat ini memang belum difungsikan, kita mengikuti arahan petunjuk dari pemkot, sesuai protokol kesehatan untuk menampung berapa orang. Ini tergantung dari dinkes yang mau menampung berapa orang,” katanya. (den/aro)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya