RADARSEMARANG.COM, Semarang – Intensitas hujan mulai meninggi. Ancaman banjir pun bisa datang sewaktu-waktu. Karena itu, upaya pencegahan terhadap banjir di Jateng dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana. Sedikitnya empat sungai besar di Jateng akan segera dinormalisasi. Yakni, Sungai Kalijajar di Kabupaten Demak, Sungai Juwana di Kabupaten Pati, Sungai Tuntang di Kabupaten Semarang, serta Sungai Serang Welahan Drainage (SWD) di Kabupaten Jepara.
Kepala BBWS Pemali Juana Muhammad Adek Rizaldi mengatakan, empat sungai tersebut kerap menjadi pemicu banjir di wilayah sekitarnya. “Kita sudah lakukan susur sungai dan pemetaan untuk mengetahui tanggul yang kritis dan rawan banjir,” ujar Adek kepada RADARSEMARANG.COM, Kamis (5/11/2020). Normalisasi empat sungai tersebut, lanjutnya, akan dilakukan satu per satu atau bertahap.
Selain empat sungai yang kerap menjadi penyebab banjir tersebut, normalisasi juga akan dilakukan di wilayah Kota Semarang. Yakni, Sungai Banjir Kanal Timur (BKT). Khusus untuk BKT, lanjutnya, sifatnya hanya membersihkan sedimen atau pemeliharaan. Sebelum intensitas hujan tinggi, pengerukan sedimentasi di BKT segera dilakukan sebagai bentuk antisipasi terjadinya banjir.
Dikatakan, pembangunan pengendali banjir di wilayah BKT sudah dilakukan dan selesai pada 2019 lalu. “Kita akan lakukan pembersihan sedimentasi, seperti awal usai kita bangun dahulu. Supaya nanti kalau debit air naik tidak sampai meluap ke permukiman,” terangnya.
Pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten/kota di Jateng. Khususnya BPBD yang masuk dalam wilayah kerja BBWS Pemali Juana. Koordinasi yang dilakukan terkait kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
“Kita sampaikan potensi-potensi bencana dari titik yang sudah kita petakan, termasuk kesiapan kita dari segi infrastruktur, tim satgas bencana, hingga peralatan,” ujarnya.
Harapannya, dengan koordinasi yang baik, apabila terjadi bencana BPBD kabupaten/kota bisa langsung memberikan informasi ke BBWS Pemali Juana. “Untuk membantu penanggulangan bencana,” katanya.
Termasuk, lanjutnya, ketersediaan sand bag atau kantong pasir, sebagai materi untuk pembuatan tanggul sementara, jika terjadi bencana banjir. Meski penggunaan san bag sebenarnya hanya bersifat sementara, setidaknya bisa menjadi penahan luapan air apabila debit hujan tinggi. “Meski demikian kita tetap menyediakan karena sifatnya sementara dan penanganannya cepat. Kita ada stok sekitar 35 ribu sand bag yang stand by,” terangnya.
Ke depan, lanjutnya, penggunaan sand bag ini akan digantikan dengan geo bag, yakni kantong geo tekstil kekuatan tinggi yang diisi pasir. Secara fungsional sebenarnya sama dengan sand bag, namun memiliki kekuatan yang lebih bagus dan tahan lama. Ukurannya ada yang satu kantong bisa berisi satu meter kubik hingga 1,5 meter kubik. “Kualitas lebih bagus, umur penggunaannya bisa 5-10 tahun, dibandingkan dengan sand bag yang hanya bisa bertahan 1-2 tahun,” katanya.
Sejauh ini untuk geo bag, lanjutnya, stok yang dimiliki masih terbatas hanya masih ada sekitar 380-an. “Sehingga kita tengah mengajukan penambahan stok ke Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR,” ujarnya. (ewb/aro/bas)