27.1 C
Semarang
Thursday, 9 October 2025

Buka Sekolah Virtual, Pemprov Jateng Tampung Anak Putus Sekolah

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Untuk meminimalkan anak putus sekolah, Pemprov Jateng membuat terobosan dengan sekolah virtual. Dua sekolah menjadi pilot project, yakni SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu, Boyolali. Peresmian sekolah virtual dilakukan secara daring oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di ruang kerjanya, Selasa (13/10/2020). Hadir dalam acara itu, sejumlah siswa yang mengikuti sekolah virtual beserta orang tua masing-masing.

Ganjar mengatakan, ide awal pembuatan sekolah virtual ini untuk memberikan kesempatan belajar semua anak. Menurutnya, banyak anak yang tidak melanjutkan sekolah atau berhenti sekolah karena alasan biaya.

“Konsep sekolah virtual ini agar mereka yang tidak sekolah atau berhenti sekolah karena faktor ekonomi, tetap bisa sekolah dengan baik. Akan kami dampingi dan bantu mereka melanjutkan cita-citanya,” kata Ganjar.

Untuk sementara, rintisan sekolah virtual di dua sekolah tersebut diikuti oleh 36 siswa. Sekolah virtual di dua tempat itu diampu oleh sekolah negeri yang ada di sana, yakni SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali. Sehingga proses belajar mengajar yang didapat bisa tetap memenuhi standar pendidikan nasional.

“Harapannya, anak-anak ini bisa tetap belajar di rumah dengan sistem daring dan sekali-kali bisa tatap muka,” jelasnya.

Sementara itu, beberapa siswa yang mengikuti peluncuran sekolah virtual secara daring tersebut mengaku bersyukur dengan terobosan itu.

Aprilia Lestari, 15, siswi kelas virtual SMAN 1 Kemusu Boyolali mengatakan, tidak bisa melanjutkan sekolah karena alasan ekonomi. Adanya sekolah virtual, membuat ia bisa melanjutkan cita-citanya.

“Kemarin tidak mendaftar SMA/SMK karena tidak punya biaya. Bapak hanya petani yang penghasilannya tidak bisa diharapkan,” kata Aprilia.

Hal senada disampaikan Yevi Nurfahmi, 16, siswi sekolah virtual asal Brebes. Orang tuanya bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART), membuat harapannya memperoleh pendidikan tinggi pupus.

“Nggak daftar SMA karena faktor ekonomi. Orang tua hanya bekerja sebagai ART. Senang sekali ada sekolah virtual ini, jadi saya bisa kembali sekolah,” ujarnya.

Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Padmaningrum menyebutkan, ada 45.000 anak di Jateng yang putus sekolah karena permasalahan biaya. Untuk itu, sekolah virtual ini diharapkan bisa menjadi solusi atas persoalan itu.

“Mereka yang ikut sekolah virtual ini semuanya gratis. Kami berikan fasilitas berupa handphone dan beasiswa,” tutur Padmaningrum.

Meski baru dua sekolah, ke depan pihaknya akan terus membuka sekolah virtual ini di daerah-daerah pelosok dan tergolong miskin.

Sistem sekolah virtual sama dengan sekolah reguler. Mereka yang menjadi siswa sekolah virtual, juga akan tercatat dalam data Dapodik siswa. Mereka akan mendapatkan kurikulum yang sama, serta saat lulus juga mendapatkan ijazah yang diakui.

“Semuanya sama, dia masuk Dapodik siswa di sekolah yang mengampu itu. Prosesnya sama, lulusan juga berhak mendapat ijazah,” katanya. (ewb/aro/bas)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya